Mohon tunggu...
Thamrin Sonata
Thamrin Sonata Mohon Tunggu... Penulis - Wiswasta

Penulis, Pembaca, Penerbit, Penonton, dan penyuka seni-budaya. Penebar literasi.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Kompasianer Jawara Cilegon Membukukan Tulisan-tulisannya

19 April 2016   09:24 Diperbarui: 19 April 2016   10:54 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="dok. TS"][/caption]Kang Nasir, nama lain Moch. Nasir, menulis dan membukukan. Bukan sebuah ketidakniscayaan, tentu. Kenapa? Karena tulisannya sudah sedemikian membuncah. Baik tulisan sebagai opini di media massa mainstream lokal maupun media sosial.

Dan pada menjelang  27 April, Cilegon ibarat gadis cantik manis yang berulang tahun ketujuh belas pada 2016, Kang Nasir membukukan tulisan-tulisannya. Hadiah yang paling pantas untuk Kota Cilegon, kota kelahirannya yang amat dicintainya.  

Meski, memang, masih berupa serpihan-serpihan. Ya, bila mengacu pada apa yang termaktub dalam buku kecil ini. Moch. Nasir yang bersedia mencatatkan perjalanan Bumi Baja Cilegon, relatif lengkap tentang masa lalu kawasan sebelum bernama Kota Cilegon. Juga perhatiannya dalam perkembangannya di kekinian. Tentu, termasuk, dengan persoalan sosial sebagai konsekuensi logis sebuah wilayah yang didominasi industrialisasi. Maka kita bisa mendapatkan, meski bernada sindiran: Di Cilegon bisa lahir bayi antara nama Korea dan Cilegon. Perpaduan yang niscaya kurang cantik alias tak harmoni. Lha, bin-nya kok Mo Nyong.

Berdirinya Kota Cilegon ini tidak seperti runtuhnya buah dari atas dahan. Namun melalui perjuangan panjang, dan di antaranya diikuti oleh penulis buku ini, sebagai pelaku sejarah. Beruntung berikutnya, dengan kehadiran buah yang jatuh (tak jauh) dari pohon. Yakni Walikota muda, anak dari Tb. Aat Syafaat, pelaku paling penting berdiri wilayah ini, yakni: Tb. Iman Ariyadi. Dan penulis tak bisa melepaskan diri dari “sejarah” serta perkembangan itu dalam tulisan-tulisannya.

Di tangan Kang Nasir, persoalan Cilegon menjadi sebuah catatan-catatan penting. Apa yang menjadi persoalan di kawasan industri ini nyaris tak lepas dari amatannya. Di sinilah fungsi seorang yang kritis dibutuhkan, dan dipenuhi olehnya. Ia bisa menuliskan di media sosial, bahkan menjadi pelanggan untuk media-media lokal. Kang Nasir kerap ditunggui mereka – para awak media – untuk menuliskan apa saja tentang Cilegon. Bila perlu tentang Banten. Sehingga ketika perihal Pilkada Serentak 2017 mendatang – tentang siapa sebaiknya Kepala Daerah tingkat provinsi – yang dipublishnya, cukup membuat geger. Karena, menurutnya, Banten membutuhkan pemimpin yang bisa gila mengingat problematika di wilayah pemekaran dari Jawa Barat ini. 

Gaya tulisan penulis cenderung main-main, untuk hal-hal yang bersifat “humanis”, sebenarnya. Ini kata lain satire. Dan boleh jadi, ia kerap kesepian untuk hal-hal yang bersifat bertolak belakang dengan kondisi masyarakat. Namun setidaknya, itulah yang ingin diungkapkan penulis. Menjadi kebetulan, ia berlatar belakang hukum. Sehingga sesekali muncul tulisan serius yang menyangkut masalah hajat orang banyak. Termasuk, tentu, yang menyenggol perihal politik. Juag, semisal Jessica dengan sianida yang menguntitnya. Atawa soal LGBT, soal Gafatar dan bahkan Bom di Sarinah yang menguncang itu. Semua diamati dan dituliskan berdasar keresahannya.

Di samping itu, Kang Nasir punya jaringan dan kolega yang lumayan. Jadilah dalam buku ini disaksikan oleh sejumlah nama yang berkait dengan masa lalunya, saat kuliah di Jogja dan di mana ia menjadi aktivis HMI. Sedangkan di medsos, terutama media warga Kompasiana, ia tak membatasi diri. Sehingga buku yang akan dibedah pada Senin, 25 April di Gedung DPRD cukup menyiratkan siapa saja teman-teman Kang Nasir. Persisnya, ia menjadi penulis dari Kulon kota di paling barat Pulau Jawa yang menonjol.   

Jejak literasi yang terangkum dari tulisan-tulisan Moch. Nasir bisa menjadi pintu masuk perjalanan “sesungguhnya” yang lebih komprehensif. Sehingga generasi mendatang di wilayah Cilegon, tak kehilangan sejarah masa lalunya. Walau itu baru berusia tujuh belas. Sebuah awal yang manis dan menjanjikan. 

Selamat, Kang Nasir!

*** 

 Judul                    : Catatan dari Cilegon

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun