JANGAN ke Bandung kalau tak ingin melihat wanita-wanita cantik, geulis. Sebab, di Kota Kembang ini bertaburan kaum hawa nan jelita. Termasuk Minggu kemarin, di Car Free day di sebagian Jalan Dago – persisnya Jalan Ir. H. Juanda.
Penulis main klak-klik saja, begitu melewati fly over – Surapati dari arah Dago Bawah, sisi barat yang berujung di BIP, Bandung Indah Plaza. Ya, memotret rada kalap. Karena begitu bersliweran para mojang nan geulis. Ditingkah suara musik pagi secara unplug – nggak ada drum. Lagu-lagunya semi jazzy.
Tulisan ini rada menyasar ke kaum hawa pada hawa sejuk sekitar Dago – yang di kiri-kanannya masih banyak pohon besar tua dan rindang. Semisal pohon Mahoni. Sehingga ada sempat terlihat penulis: seekor tupai merayapi kabel dari arah barat ke timur memotong jalan nan ramai. Duhai, jangan jatuh ke bawah dan menimpa ke gadis-gadis yang sedang melintas. Ternyata doaku benar. Ia pandai melompat, setidaknya pada Minggu itu.
Para wanita muda, bisa terbagi dalam beberapa kategori. Ini versi saya saja. Sama sekali nggak bisa ditakar dengan parameter tertentu, hehehe. Pertama, mereka yang berjilbab. Mereka umumnya bersama keluarga – biasanya ada anak kecil. Bisa si kecil digendong atawa didorong di atas kereta dorong.
Lalu gadis yang berbisnis. Entah jenis kuliner dengan membantu orangtua atawa sendirian. Termasuk (dalam gambar ini): wanita penjual kembang asli.
Penjual kembang, sesuai dengan nama Kotanya. (foto:TS)
Nah, lebih banyak yang santai sesamanya. Mereka umumnya paling tidak berdua. Ya, berdua saja, sama-sama wanita. Mereka bergerak lincah, dan sesekali berselfie. Baik dengan tongsis atawa di antara mereka saling memotret. Kadang meminta orang untuk memotretkan.
![14192112342091701018](https://assets.kompasiana.com/statics/files/14192112342091701018.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
Bergaya di depan huruf A (dari DAGO) yang besar.
Jenis berikutnya adalah mereka yang masih belia, untuk tak menyebut ABG. Gampang cara menelisiknya. Yakni dengan pakaian nan santai dan bila perlu bercelana robek-robek – ah, hatimu belum robek, kan? Plus rame. Mereka gampang berjingkrak: baik mengikuti music lewat sumpelan hadset maupun music yang pagi itu begitu dominan di Dago.
Ini dia para ABG.
Para wanita aktivis? Ada. Termasuk aktivis lingkungan, yang hari itu membagi-bagikan sejumlah tanaman kepada para pengunjung di depan sebuah kantor. Mereka memotret orang-orang yang sudah menerima tanaman yang bisa ditenteng. Sebagian ada yang berjilbab.
Kemudian wanita yang bekerja. Mereka bisa menjadi SPG (Sales Promotion Girl) dari perusahaan yang bertebaran. Baik makanan kecil, minuman berenergi dan lainnya. Umumnya, berpakaian simple dan bercelana pendek, rambut dibiarkan terurai – menandakan mereka wanita? Tak tahulah. Yang jelas wanita pilihan: geulis.
![1419211417991860674](https://assets.kompasiana.com/statics/files/1419211417991860674.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
![1419211499922629579](https://assets.kompasiana.com/statics/files/1419211499922629579.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
Mereka bergerak lincah sembari menebar senyum. Jangan pernah berjualan kalau tak bisa tersenyum, bukankah?
Ada lagi? Ya, wanita-wanita yang melakukan senam pagi. Jumlahnya puluhan. Umumnya ibu-ibu, walau tak jarang menyelinap yang remaja. Suara ha-hu …ha-huuu! Kerap mengundang decak kagum orang yang melintas melihat pinggul bergoyang ke kanan dan ke kiri.
![14192115911704362308](https://assets.kompasiana.com/statics/files/14192115911704362308.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
![1419211663985399279](https://assets.kompasiana.com/statics/files/1419211663985399279.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
Sepenggal Jalan Dago, pada Minggu nan ceria hari itu bagian dari Bandung yang cantik. Anda boleh membuktikannya. Namun jangan pernah ke Kota kembang. Jika tak ingin melihat kegeulisan kembang-kemabang Kota Kembang! ***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI