RENDANG daging tak bisa tidak asalnya dari Nagari Padang. Lebelnya begitu. Kalau makanan ini nomor satu di dunia, apa kata dunia? Yang jelas telah ditabalkan sebagai makanan enak, gurih dan tiada tara. Bahkan kini bisa menjadi makanan siap saji dengan dipesan secara online. Tak mesti kita temukan di warung-warung yang berserak hingga mungkin di Bulan pun mungkin ada.
Namun untuk mendapatkan “keaslian” rendang, perlu berburu rendang ke Padang? Boleh. Hingga kita bisa mencecap secara sedap di tempat asalnya nan indah – di mana sebagian berbukit-bukit elok dipandang mata. Oleh racikan tangan-tangan orang Nagari bisa kita uji dengan lidah yang bukan Padang sekalipun. Mengingat ia, rendang, berpredikat makanan enak nomor satu dunia. Sedap!
Selazimnya tak perlu harus rendang Si Uni Azmi semata yang kita buru. Bukankah tangan-tangan elok para orang awak berserak di seluruh nagari? Walau dengan varian-varian – ada kacang merah, kentang bulat kecil – dan membentang dari Bukit Tinggi, Solok, Lima Puluh Koto, Payakumbuh hingga Padang Panjang. Bak Bukit Barisan itu sendiri dengan masih banyaknya Rumah Gadang nan unik itu.
“Kami sudah membuat sebelum yang lain memikirkannya,” menjadi pas untuk rendang sebagai masakan dan makanan khas yang telah mencemari seluruh negeri sebagai inspirasi. Sehingga tak lagi milik Orang Nagari. Meski kalimat itu sesungguhnya adalah dari apa yang dipetakan oleh Semen Padang – sebuah Pabrik Indarung VI dalam kancah Industri Semen yang kini sudah ada di beberapa wilayah negeri ini. Silakan sebut nama semen di Pulau Jawa yang bisa dibawa hingga ke Timur Negeri.
Tampak tidak klop, ya? Dari rendang ke Semen Padang. Tak pula kiranya. Mengingat kalau menjadi niat mencari rendang ke Padang tidak salah bertandang ke pabrik semen sebagai bahan penting dalam adonan bangunan. Tak salah. Mengingat sejak tahun 1910, tepatnya 18 Maret di mana kalimat “kami sudah membuat sebelum yang lain memikirkannya” selaras dengan rendang yang bilangan usianya panjang nian itu.
Industri Semen di Nagari ini adanya dari Pabrik Indarung VI. Mestinya tak perlu ditanyakan di mana itu kalau sudah menginjakkan kaki di sana. Karena jejaknya sungguh elok dan berkelok-kelok panjang sejak negeri ini masih dianggap (milik) dan bernama Hindia Belanda. Sebagai pabrik semen pertama di negeri ini. Oleh karenanya, labelnya NV Nederlandsch Indische Portland Cement Maatschappij, kebelanda-belandaan tak bisa ditampik.
Hitungan waktu nan panjang, sejak 1910 hingga 2016, berapo hayo?, adalah jejak yang layak untuk dinapaktilasi. Sehingga bisa menengok masa lalu atau sejarah Semen Padang sekaligus mengudap rendang dalam wisata kuliner sebagai ajang pembuktian. Sekali dayung, dua pulau terlampaui. ***