[caption caption=" Foto: Antara/ Rivan Awal Lingga"][/caption]PILKADA Gubernur DKI Jakarta tahun 2017 paling ingar-bingar. Boleh jadi, karena Ahok, gubernur kini akan ikut lagi. Dan ia lebih cenderung maju dari jalur independen. Maka berita-berita pun kian membuncah, “bagaimana menelikung Ahok” yang dinggap kuat menang kelak. Plus mengingat ini masalah politik ibukota negera bernama Jakarta.
Ketika masalah kecil kawasan Kalijodo mengemuka, Ahok seperti menemukan amunisi dirinya bertambah. Ia bisa sekali ucap, Kalijodo dirobiohkan. Meski Ahmad Dhani pun, yang baru coba-coba untuk dimajukan sebagai bakal calon, perlu bertandang ke kawasan yang dikenal sebagai daerah lampu merah kelas bawah. Kita bisa menyaksikan dengan gaya selebritinya, eh pakai dipayungi segala, “Ini kawasan hijau. Sudah semestinya dibongkar!” statementnya.
Pernyataannya biasa-biasa saja. Tak ada kualitas dan muatan yang bernas. Dan kita hanya mendapatkan, karena ia orang hiburan semata. Yang digadang-gadang oleh partai – yang menyebut Dhani salah satu kadernya. Atau kita bisa membacanya sebagai orang terkenal di dunia hiburan yang mungkin akan bisa “melawan” Ahok. Sama seperti Tantowi Yahya, Eko Patrio, Desy Ratnasari atau siapa pun yang pengin nebeng tenar di ranah keras bernama politik.
Apakah mereka akan sukses seperti Pasha Ungu, Rano Karno atau Deddy Mizwar? Banyak jawabannnya. Namun jika kita mengambil ucapan Barack Obama terhadap selebriti Donald Trump, “Ini bukan penyelenggaraan talk show atau reality show. Ini bukan promosi, bukan pemasaran. Tugas ini sangat berat,” ujar Presiden yang pernah hidup dan tinggal di Menteng, Jakarta (KOMPAS, Kamis 18/2).
Selanjutnya, presiden pertama berkulit gelap di negara adi daya itu, mengatakan, “Rakyat Amerika sangat bijak dan saya pikir mereka akhirnya akan melalukan pilihan bijaksana.”
Tampaknya di Jakarta pada Pilkada 2017 mendatang pun warganya akan realistis. Bahwa ini bukan masalah main-main. Tapi ini masalah serius. Yang membutuhkan kepemimpinan dan buka gaya-gayaan seperti dalam reality show yang pokoknya “terkenal” dan boleh omong sesuka hatinya. Namun perlu mengambil keputusan yang tidak populis. Belum sederet argumentasi serta memanajemeni persoalan-persoalan yang lebih rumit. Bukan hanya, seperti, mengihibur warga Kalijodo.
Warga Jakarta bukanlah Indonesia Bagian Timur – barangkali hanya Makassar – yang tidak bisa diperbandingkan dengan parameter “apa saja pun”. Mengingat ini ibukota yang tentu dihuni oleh mayoritas warga yang dekat dengan kekuasaan dan pemerintahan. Yang tiap hari didesak oleh kerasnya masalah sosial dan ekonomi ibukota.
Jadi? Gampang sebenarnya menebak. Bahwa ini bagian dari partai untuk mencari cara bisa dianggap. Tak lebih dan tak kurang. Untuk reality show belaka. Dengan bintangnya yang mereka punya. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H