Mohon tunggu...
Thamrin Sonata
Thamrin Sonata Mohon Tunggu... Penulis - Wiswasta

Penulis, Pembaca, Penerbit, Penonton, dan penyuka seni-budaya. Penebar literasi.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Ini Dia Buku Laris Kompasianer

9 Desember 2014   11:28 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:43 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PEPIH Nugraha bertestimoni: Tulisannya termasuk banyak dinantikan oleh pembaca!

Tak salah. Pada sosok Tjiptadinata Effendi memang ada sejumlah hal menarik. Ia penulis produktif pada usianya yang sudah berkepala tujuh. Bahkan ketika seharian sejak acara Kompasianival 2014 belum dibuka pukul 09.00 pagi, ia sudah hadir dan hingga usai acara pukul 21.00, sempat membuka laptop mungilnya untuk menulis – saat berada di booth Peniti Community.  Ia produktif dan disiplin.

Pertimbangan saya, Peniti Media, menerbitkan kumpulan tulisan selama dua tahun di Kompasiana bertajuk Beranda Rasa pun, karena penghormatan padanya. Terlalu kecil sebagai penerbit indie menerbitkan tulisan-tulisan Pak Tjip – notabene sudah punya buku yang diterbitkan penerbit mayor dan bahkan ada yang best seller. Berapa harus memberi honor (royalty) yang diberikan kepada beliau sebagai penulis jika menuruti tatanan yang normatif?

Cover buku Beranda Rasanya Pak Tjiptadinata sebagai buku komunitas yang laris. (foto:TS)

Pak Tjip, sosok menarik – selain tulisannya itu sendiri sudah “berbunyi”. Artinya, ketika membukukan tulisannya akan punya nilai jual sendiri. Saya sendiri faham itu. Juga di tengah para  Kompasianer, siapa yang tak mengenalnya? Karena pribadinya hangat dan memperlakukan Kompasianer yang muda – ada yang disebut cucu, malah – dengan sama hormatnya kepada yang sebaya. Atau yang dikenal lebih dulu di Kompasiana.

Tiga Bab

Jadilahdalamwaktuseminggu saya mengumpulkan dan memilah tulisan-tulisan Pak Tjip. Persis sepulang dari Kantor Kompasiana di Palmerah Barat dan sedikit berbincang dengan Manajer Kompasiana, Pepih Nugraha.  Beliau  setuju saja – dan sebagaimana biasa, dengan bahasa santun: merasa terhormat – tulisannya untuk dibukukan. Tanpa syarat.

Senseseorangeditor berjalan. Maka dipilihlah tulisan-tulisan yang mengait dengan sosok Pak Tjip di kalangan Kompasiana – oleh para Kompasianer. Cukup dengan tulisan-tulisan yang kerap mendatangkan decak kagum sekaligus hanya bisa geleng-geleng kepala: menakjubkan. Plus seraya menghela nafas dalam-dalam.

Maka cukup dibagi menjadi tiga bab. Meliputi pengalaman pribadi yang tak banyak orang mengalami, dan tentang arti Kompasiana (bab dua) bagi Pak Tjip serta hal yang amat dikuasainya: motivasi. Di mana Pak Tjip kerap blusukan ke kota-kota kecil di pelosok negeri. Untuk berbagi. Apa yang telah dialami, dan mengajak untuk tidak mudah patah semangat. Karena semua hal berpulang kepada dirinya. Sehingga menurut hematnya: tak ada yang bisa mengubah takdir, kecuali dirinya yang berniat untuk berubah.

Ikut Berjualan

Tulisan-tulisan Pak Tjip renyah dan mudah diikuti. Sebagai editor pun, tak mengalami kesulitan berarti. Mengingat ia latar belakang pendidikannya IKIP dan mengambil jurusan Bahasa. Hal yang melengkapi: psychology, pendidikan non formal yang dimilikinya. Hal lumrah, membetulkan bahasa yang lebih up to date. Itu pun tanpa mengubah secara berarti. Secara struktur dan atau alur, menggelontor deras.

Dengan aspek-aspek seperti itu, meringankan saya menjual buku yang sengaja judulnya tidak perlu bombastis. Apalagi, ketika di Kompasianival, beliau nangkringnya di Peniti Community. Jadilah! Mungkin benar Kompasianer Rifki Feriandi yang bisa nebeng beken, sehingga bukunya Cara Narsis Bisa Nulis menjadi ikut laku juga. Karena buku Pak Tjip banyak dibeli para Kompasianer yang sengaja memburu ke sudut kanan (pintu masuk) Sasono Utomo TMII dan memintanya menandatangani buku yang dibeli di depan penulisnya. Dengan telaten, Pak Tjip memenuhi harapan para Kompasianer yang semua berada di bawah usianya.

1418073695755949325
1418073695755949325

Pak Tjiptadinata dengan senang hati menandatangani buku Beranda Rasa yang dibeli Kompasianer (foto:TS)

Dengan Pak Tjip ikut berjualan, maka buku Beranda Rasa menjadi spesial. Untuk ukuran buku indie, paling laris di acara Kompasianival. Lebih dari itu, ikut menggandeng buku tulisan Rifki Feriandi, Titin Sulistiawati, Maria Margareha dan Dian Kelana. Juga Iskandar Zulkarnain.

Sebagai buku yang penulisnya dikenal di kalangan Kompasiana – oya, Pak Tjiptadinata Effendi bahkan dinobatkan menjadi Kompasianer of The Year 2014 – maka menjadi nilai tambah kemudian. Yakni pasca Kompasianival, banyak yang kemudian berkeinginan untuk membeli. Datang dari Tasikmalaya, Batam, Semarang, Bogor, Bandung, Bali, Jogja, Makassar, ada yang membeli lima buah eksemplar. Baik melalui SMS, inbox maupun telepon.  Bahkan, Minggu pagi kemarin, “Saya mendapat nomor ini dari Pak Tjip. Saya dari Jember ingin membeli buku Beranda Rasa, bisakah?” SMS Kompasianer Anna.

Lagi-lagi, Pak Tjip berperan menjadikan bukunya sebagai yang bisa dimiliki oleh Kompasianer – yang kebetulan tak hadir di Kompasianival. Hal yang meringankan Peniti Media, tentu. Dan pada hitung-hitungan sebuah buku menjadi hal yang konkret: laris.

Tidak bisa dibandingkan dengan buku yang diterbitkan oleh penerbit mayor dalam soal jumlah kelarisannya. Namun untuk ukuran penebit indie, buku Beranda Rasa telah memenuhi takdirnya. Sebagai buku yang berarti, sebagaimana lazimnya sebuah buku. Dan Pak Tjip telah berhasil membagikan kepada para Kompasianer yang lebih muda: sebuah spirit. Itu takdir sebuah buku: bergizi. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun