Mohon tunggu...
Thamrin Sonata
Thamrin Sonata Mohon Tunggu... Penulis - Wiswasta

Penulis, Pembaca, Penerbit, Penonton, dan penyuka seni-budaya. Penebar literasi.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Eyangku, Seorang Pejuang di Panggung

10 November 2015   08:41 Diperbarui: 10 November 2015   08:41 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

foto: assets.kompas.com

 

Bum!

Ratri menghentakkan kaki ke tanah. Kedua tangannya terkepal. Dadanya naik-turun. Nafasnya pelan-pelan mendatar. Tinggal matanya yang mencorong. “Huh!” dengusnya.

Ratri benar-benar kesal. Tokoh yang diperankannya, bagai menjauh ketika Eyang Darmo menegurnya. Kamu kurang penghayatan. Ndak seperti itu, Wong Jawa Timur. Lembek. Arek iku ndak kenal nangis.

“Andai Eyang nonton tivi. Eyang akan tahu siapa Ratri. Pemeran film penting,” desis gadis semampai itu.

Namun ia diam manakala dari arah belakang, terdengar tongkat yang terseret-seret. Ia menghela nafas dalam-dalam. Apalagi, ini?

“Kamu kurang satu saja, putuku sing ayu!” ucap lelaki bertongkat yang sudah berdiri di sampingnya.

“Apa?” ingin Ratri bertanya. Namun ia diam saja.

“Lihat!” kata Eyang Darmo. Dan Ratri melihat eyangnya melepas tongkat. Lalu badannya menegak. “Biarpun matahari muncul dari barat, kautetap Indonesiaku!”

Ratri melongo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun