Sengat panas mentari seperti menolak kedatanganku. Ubun-ubun pun terasa panas dan gembur olehnya. Apalagi di jalan Polisi menahanku.
“Selamat siang, Pak.” Hormat klasiknya sembari mengangkat tangan. Lalu serenteng pertanyaan klasik pula menyertati, “Ada surat-surat?”
“Surat nikah?” aku ingin menjawab itu. Namun yang kulakukan adalah merogoh kantong jeans belel yang akan membawaku ke Pasar Ngasem. Aku ingin mencari R di situ. Siapa tahu?
“Saya akan ke sebuah acara penting.”
“Oh ...silakan.”
“Ketemu R.”
Ia mengernyitkan kening. Tangan yang hendak diangkat untuk menghormat basa-basi itu berhenti.
“Siapa itu R?”
Barulah aku tertawa. Karena ini sama sekali nyeleneh tak ada dalam skenario. Orang hendak bertemu dengan seorang gadis berambut ...seingatku panjang. Sehingga ia pernah menjadi bintang iklan sebuah produk shampo. Ah, R yang suka dengan es krim. Di mana kau berada? Seperti langit-langit yang kusam. Kemarin-kemarin.
“Lupakan saja.”
“Jangan. Saya jadi penasaran saudara menyebut nama itu.”