PT Bank Central Asia Tbk (BCA) peduli terhadap kehidupan penyu di Indonesia. Juga terhadap penderita katarak. Dua hal yang tampak sepele, tapi tidak bagi institusi perbankan ini. Bukan yang pertama kali BCA berdonasi kepada WWF dan Perdami untuk pelestarian penyu dan operasi katarak itu. "Kami bahkan ingin lebih memperhatikan lagi, dan menggandeng institusi lain untuk lebih memperhatikan dua hal ini," kata Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur BCA di Gedung Menara BCA lantai 22, Senin (19/12) pagi.
Komitmen BCA untuk ikut bertanggung jawab secara sosial tehadap kehidupan penyu dan penderita katarak tidak main-main mengingat donasi yang disalurkan lumayan membantu para pemangku kepentingan di bidang ini untuk lebih bekerja keras lagi. Karena itulah, dalam sambutan Benja Mambai, Acting CEO World Wide Fund Indonesia, menyebutkan arti sumbangan Bakti BCA terhadap kehidupan penyu yang bisa musnah apabila tak ditangani secara serius. Indonesia punya penyu yang lengkap sehingga WWF perlu memantau kehidupan penyu-penyu itu, termasuk memantau dengan teknologi satelit.
“Apakah kita bisa menggandeng Google?” tanya Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur BCA, tak sabar mengetahui hal itu.
"Dengan teknologi, apa pun bisa!" jawab Benja Mambai.
Itu saking pedulinya BCA terhadap penyu. Menurut Benja Mambai, ada penyu yang diberi semacam GPS sehingga bisa dipantau pergerakannya lewat satelit. Bukan hanya berenang-renang ke tepian, misalnya di perairan Bali, namun penyu yang dilepas bisa jalan-jalan (tanpa visa) hingga ke Filipina, Australia, Selandia Baru, bahkan sampai California, Amerika. Menariknya, penyu itu akan kembali ke asal ia dilepas.
Enam dari tujuh jenis penyu ada di Indonesia, termasuk penyu-penyu besar, jenis hijau, sampai sisik. Sayangnya, penyu dikaitkan dengan mitos tertentu, termasuk di Pulau Bali. Di pulau ini ada penangkaran di TCEC (Turtle Conservation and Education Centre) yang pernah penulis kunjungi. Bahkan di kawasan Sukabumi, Jawa Barat, telur-telur penyu dianggap sebagai penambah daya tahan tertentu bagi kaum Adam. Padahal, hanya 20 persen telur itu yang bisa bertahan dalam pembiakan. Tidak heran bila kian berkurang pembiakan penyu di Indonesia. Karena itulah penyu masuk dalam RedListofThreatened Species oleh International Union for the Nature and Natural Resources (IUCN). WWF merencanakan dua kawasan untuk proyek dan kepeduliannya, yakni di Pangumbahan, Ujung Genteng, Sukabumi, Jawa Barat dan Aroen, Meubanja, Aceh. “Penyu bisa punah,” tandas CEO WWF itu, khawatir.
Katarak ke Arah Buta
Komitmen luar biasa BCA pun menyasar penderita katarak sejak lima tahun terakhir dengan bekerja sama dengan Perdami, yakni Seksi Penanggulangan Buta Katarak Dokter Spesialis Mata Indonesia. Menurut Wakil Ketua SPBK Perdami Ari Jatikusumo, dengan dua ribu anggota Perdami yang ada, mereka masih perlu bekerja keras lagi agar Indonesia lepas dari angka kebutaan tertinggi di Asia atau dunia. Adapun 50 persen penyebab kebutaan dimulai dari katarak. “Bantuan instrumen tidak murah. BCA sudah membantu, di antaranya 2 mikroskop,” ungkap Ari Jatikusumo.