"Ya, jande kembang kan nggak beda dengan gadis."
Menyelesaikan sarapan hingga matahari meninggi, dan kemudian pulang. Kuambil koran yang menggeletak di garasi. Motor kudiamkan begitu saja. Membaca perkembangan perang hoax atau apalah. Nggak ngerti kenapa begitu antusias mereka untuk menang dalam pemilu yang sebentar lagi. Termasuk memilih orang nomor satu negeri ini. Â Padahal, tadi Ustad Kamaluddin berpesan. Mulai mengurangi keduniawian dan menambahi bekal ukhrowi.
"Apalagi bagi seorang duda yang tak lagi muda," desisku.
Aku masih membaca barisan kata higga sampai ke titik penyayi yang akan konser pada Sebelas Januari. Tentang cinta sang peyanyi band itu dengan istrinya yag peyanyi juga, dengan mereka menorehkan khas orang seni suara. Duet.
"Assalamualaikum, Bang ...."
Spontan, aku mejawab salam itu. Namun langsung mengernyitkan kening. Demi melihat Mpok Ani menggandeng Romlah.
"Maaf, ngganggu, Bang Tam." Lalu Mpok Ani mengutarakan maksudnya. Kalau Romlah minta tolong untuk dibikinkan surat pengantar. Kalau Romlah akan bekerja ke luar negeri. Ke Malaysia.
"Apa bener niatnya kerja ke sana, Rom?" tanyaku.
Wanita berjilbab itu menundunkkan kepala.
"Ya...."
"Karena di sini ngggak ade yang mau. Daripade nggak ada kerjaan, Pak RT," sela Mpok Ani.