Mohon tunggu...
Thamrin Sonata
Thamrin Sonata Mohon Tunggu... Penulis - Wiswasta

Penulis, Pembaca, Penerbit, Penonton, dan penyuka seni-budaya. Penebar literasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gus Dur "Melahirkan" Prof Mahfud MD

31 Desember 2018   14:13 Diperbarui: 31 Desember 2018   15:12 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mahfud MD @mohmahfudmd Dec 28

Teman sy bangun tidur pagi menelepon warung online agar dikirimi bubur. "Saya perlu bubur", kata teman itu. Kontan ada jawaban dengan suara perempuan bernada marah, "Sy tak menjual dubur", dan telepon ditutup begitu saja. Penelepon salah sambung, yg tertelepon salah dengar. Wkwk.

370 replies 433 retweets 2,611 likes

Gus Dur tak melahirkan Mahfud MD, tentu. Kecuali menularkannya. Termasuk guyonnya, seperti tulisan di tweetnya di atas.

Salah satu sikap egaliternya, pun dikuntit Prof Hukum dari UII ini. Selain entengan apabila menghadapi orang media. Darinya tak ada kamus menjauh dari para pekerja media. 

Sehingga ketika menjadi menteri Presiden Gus Dur, ia melontarkan: Saya tiap hari melayani, teman-teman untuk mengejar setoran berita," katanya, tiap ada nyamuk pers memburunya.

Sembilan tahun meninggalnya Gus Dur, memprihatinkan kita. Terhadap apa? Pejabat, tokoh yang terlalu jaim. Tidak egaliternya dan kehilangan humornya. Apalagi pemikirannya yang jauh melompat ke depan. Kecuali memproduksi sekat-sekat di era yang tanpa garis tegas era milenial kini: borderless.

Menjelang pergantian  tahun 2018, dapat kita lacak sejumlah nama yang menghiasi ruang publik (pemberitaan atau cuitan lewat media) secara kritis yang kadang kelewatan. Nalarnya mleber nggak ketulungan. Ngomong asal: untuk membela dirinya -- yang menganggap diri paling benar, paling pinter. 

Sok semuci: nggak korupsi, mboten korupsi dan ketika OTT masih cengengesan di depan awak media (terutama ketika di Kantor KPK). Gubernur ganteng, muda dan kaya (seperti dinyatakan sang istri): Kami sudah kaya dari kakek kami. Mana mungkin korup. Eh, ternyata pecundang juga. "Etika Makin Tumpul," sebut KOMPAS, 31 Desember di halaman 4 terhadap sejumlah pejabat legislatif maupun eksektutif menjadi tersangka korup.

Gus Dur yang dikenang banyak sahabat, adalah tokoh nyeleneh "yang disempurnakan" Mahfud MD. Setidaknya, kita jadi masih punya kewarasan dan humor serta toleransi di sela ingar-bingar Tahun olitik yang akan memuncaki pada sehari nanti: 2019. 

Politik sedang diejawatahkan oleh orang-orang yang berbicara paling-sliwer nggak karuan. Pinternya sendiri, pengin menangnya sendiri. Menisbikan akal sehat sambil menepuk dada. "Ini yang bener. Sumpah!" kalau megambil kata-kata anak zaman now.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun