Mohon tunggu...
Thamrin Sonata
Thamrin Sonata Mohon Tunggu... Penulis - Wiswasta

Penulis, Pembaca, Penerbit, Penonton, dan penyuka seni-budaya. Penebar literasi.

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Politikus Tempatnya Tepat di Got

1 November 2018   22:09 Diperbarui: 9 November 2018   16:14 459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. begal koruptor

Taufik Kurniawan, Wakil Ketua DPR-RI. Ya, wakilnya wakil rakyat tinggi tingkat jabatannya. Sayang, amanat itu dikhianati politikus Partai Amanat Nasional. Karena ia sudah menjadi tersangka untuk kasus suap untuk DAK (Dana Alokasi Khusus) Kebumen, dapilnya, yang diperkirakan ia terima sebesar 3 miliar lebih dari Bupati Kebumen Yahya Fuad.

Sudah begitu ia dua kali mangkir ketika dijadwalkan datang ke KPK untuk urusan apalagi kalau bukan perihal kasusnya itu? Inilah bagian paradoks para politikus (saya selalu menggunakan kata ini bukan politisi, jamak).

Yang jika berbicara melambung-lambung, dan kalau perlu bersumpah segala -- seperti politikus Golkar Neneng Yasin yang menjadi Bupati Bekasi  -- padahal ia seorang muslimah -- dalam soal yang tak berbeda dengan Wakil Ketua DPR-RI  itu. Orang-orang yang seperti "wakil" kebenaran dan sang pencerah.

Kita bisa menyimak apa yang dikatakan politikus PAN ini ketika menanggapi pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulayani. Kita kutip, begini:   "Kita juga berharap adanya penguatan-penguatan fundamental ekonomi yang skalanya mikro, seperti bantuan-bantuan sosial.

Misalnya berkaitan dengan Kartu Keluarga Sejahtera dan Program Keluarga Harapan (PKH), agar ada peningkatan taraf kesejahteraan masyarakat dan juga mengantisipasi tren laju pertumbuhan ekonomi yang sedang menurun. Ini tentu kita apresiasi," imbuh politisi Partai Amanat Nasional (PAN) itu, Detik (31/5/2018) di Jakarta.

Akan lebih banyak lagi politikus (menjadi politisi) yang serupa itu. Termasuk ketika ia, atau mereka, menjadi kepala daerah. Kurang apalagi jika mereka yang terkenal, muda, visioner dan bahkan yang berlatar belakang agamanya bagus -- jika menilik nama dan wilayah semisal Serambi Mekah yang masuk ke perangkap KPK juga. 

Bayangkan, tahun 2018 ini jumlah kepala daerah yang masuk ke got terbialang paling tinggi dibandingkan seluruh tahun sebelumnya bagi mereka yang menggerogoti uang rakyat.

Terjerembab di got, jelas tidak enak jika ia orang bersih. Namun jika menyebut: agar ada peningkatan taraf kesejahteraan masyarakat -- seolah ia memang pemimpin yang peduli terhadap warganya -- namun jika kebalikannya? Mereka yang sudah masuk ke dalam got itu tempat azalinya di situ.

Selama ini hanya mengenakan baju kebesaran dan kedombrangan. Menutupi banyak benjolan di balik baju batik dan jas mahalnya. Mungkin jilbab, semisal ia wanita denagn kadar kemuslimannya yang berbanding kebalik (lagi-lagi paradoks).

Tak perlu dengan penyebutan dengan nama Tuhannya. Bahwa ia tidak seperti bawahannya yang menyabot uang bukan miliknya. Karena tuhan penghuni got jenis pemimpin ini adalah: uang. ***  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun