Cerita Minggu Pagi 76
Di Bandung kami bertemu. Ia menjemputku dengan mobil biru. Matanya tampak sayu. Gerakannya pun sulit untuk disebut lincah seperti biasanya.
"Aku lapar, Bang."
"Kita makan di mana?"
"Terserah Abang." Aku mengambil kemudi, dan mobil kuarahkan ke utara, Dago. Sepanjang jalan, ia lebih banyak diam. Tapi kepalanya disenderkan ke bahuku. Aku sesekali mengelus rambut panjangnya yang dbiarkan tergerai.
"Kita ke Puncrut?" tanyanya sembari celingak-celinguk.
"Ya. Kenapa?"
Ia menggeleng. Namun aku merasa, ia menyembunyikan sesuatu. Seingatku, ini tempat yang pernah kami singgahi setelah aku memotretnya di Taman Juanda untuk sample ia akan berperaga di Singapore.
Aku memarkir mobil, dan membuka pintunya. Sambil menuntun. Ia menatap ke atas, ke langit yang biru bersih.
"Ada yang salah?"
Ia kembali menggeleng.