Mohon tunggu...
Thamrin Sonata
Thamrin Sonata Mohon Tunggu... Penulis - Wiswasta

Penulis, Pembaca, Penerbit, Penonton, dan penyuka seni-budaya. Penebar literasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kho Ping Hoo, Bung Smas, dan Arswendo Atmowiloto Guru Menulis Saya

20 September 2017   07:07 Diperbarui: 20 September 2017   07:21 3365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Serial Noni, karya Bung Smas (www.tokopedia.com/ombotak)

Pergaulan itulah membuat saya berguru kepada orang-orang yang berpredikat sebagai penulis. Jika kepada Kho Ping Hoo yang disilpin tiga hari dalam seminggu ke Tawangmangu, Karanganyar dan satu jilid cerita silat dihasilkan. Lalu pulang kembali ke Solo. Dengan Bung Smas yang berbahasa Indonesia teliti, titik-koma hingga Hukum DM (Diterangkan Menerangkan) dan kalimat awal untuk menghindari penggunaan kata Di dan Dan.  

"Boleh sih, kalau untuk mengejar estetika."

Bisa dibilang, sebagai penulis menggelandang, saya bertemu dan berguru kepada mereka. Semisal dengan Mas Mujimanto nama samaran Niken Pratiwi (penulis novel Damai, dan kemudian difilmkan). Atau dengan Ahmad Tohari (Ronggeng Dukuh Paruk dan difilmkan).

Namun tiga orang: Kho Ping Hoo, Bung Smas dan Arswendo orang-orang penting dan mempengaruhi saya, terutama, dalam menulis fiksi.

KhoPingHoo

Begitu  detail dalam menggambarkan tokoh-tokohnya. Baik sosok fisik maupun karakter. Bahkan kalimat-kalimat dalam dialog. Betapa beda antara Suma Kian Lee dengan Suma Kian Bu, dua anak Pendekar Pulau Es. Apalagi kalau menggambarkan Han Han (nama sebutan lain Suma Han) yang berambut riap-riapan putih keperakan. Atau Ang I Niocu, perempuan penggoda.

Ia juga tidak bisa silat. Namun bisa menggambarkan dan meyakinkan jika mengeluarkan jurus-jurusnya. Baik gwakang (tenaga luar) maupun Iwekang (tenaga dalam). Tentu, termasuk perguruan-perguruan silat Cina: Butongpay, Siauwlimpay, dan seterusnya.

Di samping itu, Kho Ping Hoo tak pernah ke Cina. Namun bisa menggambarkan Pegunungan Tiansan, Himalaya, Sungai Huangho, dan Kota Raja yang melatari dunia persilatan dan dunia sastra era dinasty Ming dan dinasti lainnya. Singkatnya risetnya kuat. Dalam tiap judul, selalu ada filsafat yang diselipkan. Tentang ke-Aku-an soal agama, bangsa, dan negara. 

BungSmas

Bacaannya tak terlalu luas. Pun pergaulannya. Namun sebagai guru -- ia mengajar olahraga, karena sekolah dan lulusan  SMOA atau SGO (Sekolah Guru Olahraga). Sehingga ia piawai dalam menggambarkan adegan Keluarga Sirkus. Apa itu trapeze, salto dan ilmu keolahragaan. Ia sendiri seorang pesenam dengan berbagai risiko yang ditanggung kalau lengah alias tak konsentrasi. Di situlah ia disiplin. Runtut dalam menceritakan plot demi plot. Juga dalam mengupas kedaerahan. Maka muncul bukunya: Sang Pembatik, Murai Terbang Tinggi (soal dunia hewan, burung). Dan seterusnya.

Serial Noni, karya Bung Smas (www.tokopedia.com/ombotak)
Serial Noni, karya Bung Smas (www.tokopedia.com/ombotak)
Era delapan puluhan, staminanya luar biasa. Satu judul novel anak-anak, bisa diselesaikan dalam bilangan dua puluh empat jam. Untuk ketebalan cerita anak-anak dari sebuah buku. Padahal, waktu itu ditik dengan menggunakan mesin cetak-cetok dan ia menggunakan sebelas jari. Begadang, jangan ditanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun