“Perjuangan ini, karena kita tidak ingin dijajah lagi ….”
“Amiiin ….”
Anak-anak itu pun beristirahat. Hari mulai rembang petang.
Saat itulah Eyang Tirto menghampiri, sambil bertepuk tangan.
“Bagus, bagus …!”
Anak-anak menoleh. Mereka mengernyitkan kening. Tidak mengenal sesosok lelaki yang bertongkat itu.
“Perjuangan dan doa, namanya. Dan mestinya begitu,” sambung lelaki itu tak peduli dengan teman-teman Made.
Made tertawa.
“Ya, begitulah, Eyang Tirto ….”
Baru Agus, Marto, Wardoyo, Salim da Kunto mengerti. Inilah orang yang disebut-sebut Made.
Namun Made kaget ketika Eyang Tirto meletakkan tongkat, dan kemudian beperaga mirip apa yang dilakukan Made tadi. Seperti mengangkat dada, matanya berkilat-kilat.