JK, Jusuf Kalla, wakil presiden kita benar: Semangat! Dengan semangatlah maka kita menang. Soal teknik dan lain-lain itu bisa berikutnya.
Saya setuju! Sepakat! Bahwa kemenangan Tim Garuda atas Thailand di Stadion Pakansari, Cibinong, Bogor dengan skor 2-1 itu lebih disebabkan semangat macan ketaton atawa harimau terluka dan lapar. Pertanyaannya, semangat itu apa dibawa ke kandang (macan) lawan?
“Ketika final dan tim menang di kandang (home) maka biasanya saat main di tandang (away) akan menang juga!” sebut suara di pesawat TV. Saya ingin menyetujuinya. Seratus persen! Karena bagaimanapun ini untuk menggenapi kesahihan itu. Bahwa kemenangan leg pertama akan dibarengi di leg berikutnya. Agar dahaga kemenangan itu terwujud ketika bangsa ini sedang disemangati oleh huru-hara tak jelas juntrungannya. Terutama peristiwa hasil rekayasa di sekitar Pilkada Jakarta tak jauh dari Cibinong, Bogor itu.
Saya menyaksikan final Piala Dunia 7 Juli tahun 1974 ketika Belanda melawan Jerman, pun melihat Si Panzer yang tangguh penuh semangat. Kebobolan lebih dulu, Sang Kaisar Franz Beckenbauer dan kawan-kawan mempercundangi Belanda dengan total football-nya lewat kaki lincah Johan Cruyff CS: 2-1. Pertandingan klasik disebut-sebut pertarungan terbaik dunia. Ya, pertandingan yang saya saksikansaat bocah di layar hitam-putih dengan ratusan orang di lapangan jembar kota kecil Pemalang dengan semangat. TV rame-rame!
Bola atawa football telah menjadi agama kedua bagi sebagian masyarakat kita. Meski catatan kemenangan tenggelam sejak Ramang CS hingga Indonesia mampu berbicara di tingkat internasional saat melawan Rusia. Artinya final AFF Suzuki ini, selazimnya dahaga untuk semangat kita dalam bersepakbola yang sejak dulu tetap dimainkan oleh sebelas orang – dengan cadangannya. Sehingga keberangkatan Tim Garuda sehari setelah kemenangan di Cibinong adalah bekal itu. Dengan segala mitosnya: bahwa ketika menang di leg pertama, maka akan diikuti di leg berikutnya.
Bekal dari itu, sekali lagi berbola kita itu adalah s.e.m.a.n.g.a.t. Meski tanpa sorak-sorai dari penonton di lingkar lapangan. Memang, penyemangat itu bukan seperti penonton bayaran seperti acara di TV. Real, dan bahkan yang di luar lapangan. Kali ini di kandang lawan tak ada lagi tempik sorak. Tapi bekal kemenangan dari Cibinong masih penuh, semangat. Jadi nggak perlu kendor. Otot mesti dikencengkan dan keringat menetes di lapangan rumput tetangga itu nanti akan menjadi buah manis: kemenangan. Pompalah semangat itu. Habis-habisan. Tak ada lagi kisah sebab-musabab , kecuali mental runtuh kita yang sedang meracuni para (sebagian) pemimpin abal-abal kita. Para sebelas orang dan Andik Vermansyah (yang lagi cedera) dengan teman-teman cadangannya adalah reserve bangsa ini tidak runtuh.
Menang kita!
***
#TimnasJuaraAFF#IndonesiaJuara
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H