Mohon tunggu...
Thamrin Sonata
Thamrin Sonata Mohon Tunggu... Penulis - Wiswasta

Penulis, Pembaca, Penerbit, Penonton, dan penyuka seni-budaya. Penebar literasi.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Kompasianer Ini Menulis Buku Kesepuluh: Bukan Hoax

11 Desember 2016   15:32 Diperbarui: 11 Desember 2016   15:39 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Uda Thamri Dahlan berdampingan dengan Pak Tjip dan kompasianer lain ke Istana Negara (dok.pri)

Kompasianer ini bisa dibilang produktif menulis di media sosial, di usianya yang sudah berkepala enam. Tulisannya pun macam-macam, gado-gado alias nano-nano. General. Dari politik, sosial, media, keluarga, masjid hingga puisi. Tak aneh apabila hingga sekarang ia sudah membukukan tulisan-tulisannya itu yang kesepuluh.

Buku kesepuluh ini berisi 58 tulisan yang meliputi: Bukan Hoax (2), Ahok (11), Pilkada (9), Pemerintah (12), Masjid (9), Keluarga (9) dan Jurnalis (7). Semuanya jadi 58 artikel yang bisa disebut positif alias seimbang (cover booth side). Kalaupun ada kritik, dibekali dengan data dan fakta yang bisa dipertanggungjawabkan.  

Itu sebab, apabila buku ini mengambil judul dari berbagai bidang yang ditulis Thamrin Dahlan, pensiun Polri asal Tempino, Jambi yang terakhir bertugas sebagai Direktur Pasca Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional (BNN) dan lulus S2 UI tentang kajian Timur Tengah. Di samping seorang dosen, juga seorang Khadimullah Masjid Jami An Nur, Komseko, Jakarta Timur. Semua jenjang itu dijalani dengan tawadhu.

Maka bisa dibilang, selain Pak Tjiptadiata Effendi, Uda TD – saya menyebutnya begitu – selevel dengannya. Dalam produktivitasnya, boleh dipersandingkan. Dan minatnya yang luas, disebabkan latar belakangnya seorang aparat keamanan di lapangan memungkinkan hal itu – menulis apa saja dan di mana saja selama itu memungkinkan. Tentu, termasuk jabatan non-formalnya di atas tadi yang dilakoni dengan enteng. Staminanya yang tinggi karena dibarengi dengan rajinnya bermain tenis lapangan hingga hari ini, lebih dari dua kali dalam seminggu. 

Uda Thamri Dahlan berdampingan dengan Pak Tjip dan kompasianer lain ke Istana Negara (dok.pri)
Uda Thamri Dahlan berdampingan dengan Pak Tjip dan kompasianer lain ke Istana Negara (dok.pri)
Tulisan dalam Bukan Hoax ini bahkan bisa dibilang aktual seturut media sosial yang dijadikan ajang untuk menuangkan berbagai gagasan yang bersemayam di dalam pemikirannya. Di mana Uda TD masih sempat mengikuti Aksi Super Damai 212 di Monas, sambil mengikuti shalat Jumat dan diguyur hujan. Juga disinggungnya jamaah saat itu mengikuti ulama dan Kapolri Tito Karnavian – lembaga yang pernah dirambahnya. Baginya, Kapolri bisa disebut telah menujukkan kelasnya, karena bisa berdamai dengan konsep utuk kebersamaan bangsa itu, halaman 42.

Sebagai pribadi yang sebenarnya berseberangandengan Pemerintah tak membuatnya jengah ketika sebagai Kompasianer turut ke Istana Negara bertemu, makan dan membuat Jokowi tertawa karena kejujurannya itu mengungkapkan siapa dirinya. Ini menunjukkan Uda TD sebagai  seorang penulis yang berada di tengah – persis sebagaimana keyakinannya ia sebagai pengikuti fikih jurnalistik. Sebuah tulisan, selazimnya, seimbang dan mengikuti kaidah-kaidah Islami.

Dalam menulis Ahok, sebagaimana hebatnya arus besar tentang sosok kontroversial itu, penulis tak keberatan pada kebijakan Ahok jika itu bersifat positif.  Kutipan berikut, cukup menandakan keobyektivitasannya. Kritiknya menggunaka idiom ini, “Ibarat seseorang melesakkan satu paku ke pohon, ketika paku dicabut betapa sakitnya. Dan perlu diingat bekas paku di pohon abadi adanya,” tulisnya di halaman 21.

Dengan tanpa sekat itulah Uda TD bisa bermain di ranah apa pun. Dan itu cukup dikuasainya. Paling tidak, jika ia selalu merujuk pada data yang bisa dipertanggungjawabkan kesahihannya. Baginya, menulis di era media sosial ini sebuah karunia yang dinikmati, disyukuri pada masa pensiun yang bisa membuat pikun bila tak diasah dan olah pikir secara panjang. Jika bisa menjadi buku, karena buku adalah muara dari tulisan-tulisannya. Tentang popularitas, bisa mengikuti di belakangnya. Termasuk apabila medapatkan honor atau imbalan dari hasil tulisannya itu.

Judul                     : Bukan Hoax

Penulis                 : Thamrin Dahlan

Penerbit              : Peniti Media, Desember 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun