Satu yang tak bisa lepas ….
Ndak ada urusan antara suara mendesah serak dengan Narkoba? Entahlah. Yang jelas, saya suka suaranya, seperti, termasuk penggalan lagu dengan liriknya di atas (menjadi ironinya kini). Bahkan saya pernah menuliskannya ketika ia manggung di Summarecon, Bekasi. Malem minggu bersama Reza Artamevia.
Penyanyi ini hebat di Sembilan puluhan. Sebelum ia menikah dengan Ajie Massaid (alm). Dan suaranya konstan untuk menyanyikan lagu-lagu R & B. Genre yang sedikit di blantika music negeri ini. Kalaupun ada yang lain, tak sekelas dengan Reza – yang dulu tak sekurus saat saya menjadi salah satu penontonnya di tahun 2016 itu.
Kalau kenapa ia terjerat atawa tertangkap sebagai pemakai narkoba, di kamar 1100 Hotel Golden Tulip Jalan Jenderal Sudirman 4 Selaparan, Mataram NTB pasca AA Gatot Brajamusti ditetapkan sebagai Ketua Parfi (Persatuan Artis Film Indonesia), saya ndak ada urusan. Meski itu bukan sesuatu yang aneh – ketika saya ikut berkubang meliput di dunia hiburan sebagai awak media.
Karena pergaulan, situasi dan gaya hidup di kalangan artis. Terlebih sekarang, di mana jenis narkoba yang banyak. Dulu, sampai dengan Sembilan puluhan akhir, ganja sudah cukup untuk dikonsumsi artis jenis penyannyi atau pemusik. Mengingat di antara mereka, ganja disebut-sebut sebagai pemertajam “pendengaran” dan dibutuhkan oleh mereka sebagai penarik suara dan pemain alat musik.
Reza, sudah tak begitu eksis belakangan ini. Setidaknya, ia jarang tampil dan terekspos dalam pemanggungannya. Boleh jadi, bukan eranya lagi. Namun jika menilik penyanyi seangkatan yang masih bersliweran dari panggung satu ke panggung lain, ia tak begitu terhitung. Ia justru terkait-kait dengan persoalan personalitasnya. Baik ketika Angie sebagai istri Ajie Massaid (mantan suaminya) saat terlibat kasus maupun sebelumnya ketika ia menjadi dekat dengan Aa Gatot yang menyebut dirinya sebagai guru spiritual.
Bagi saya, amat disayangkan, kenapa Reza yang meluncurkan album pertama Keajaiban (1997) menjadi ajaib ia terpuruk dan kemudian menjadi murid Aa Gatot yang bagi saya ia sebagai orang ajaib juga bisa menjadi Ketua Parfi. Karena ia masuk wilayah dunia seni peran dan mengomandani profesi yang semestinya dipegang oleh orang seperti Slamet Rahardjo, atau para artis yng sudah terlibat lebih dari dua puluh tahun lebih.
Penyani Solo Terbaik dalam Anugerah Musik Indonesia 1998 ini, akan menjalani hari-hari yang mestinya tak ada hubungannya dengan talentanya. Ini amat disayangkan, tentu. Juga ini Kejaiban yang semestinya tak dilakoninya.
Satu yang tak bisa lepas …
***
fotoTS