Alvin Toffler menengarai atawa pasnya menujum: Abad Dua Satu sebagai “Siapa yang menguasai informasi” yang akan menang. Dan kini, hari-hari semua tersambung dengan teknologi informasi serta menjamur musim media warga, pun media sosial dengan Facebook, twitter, instagram dan sebangsanya. Maka, satu di antaranya saja: orang kini untuk membeli sepatu-baju-gadget cukup melalui online. Tak perlu ke luar rumah.
Lalu, bagaimana kita melihat orang-orang muda menyalip para pebisnis yang merayap-rayap – waktu itu dengan telepon engkol – melakukan bisnis dengan benar-benar berkeringat. Selain, mengandalkan pertemanan. Kini, ada yang merambah ojek dengan aplikasi dan seterusnya. Bisa dibilang bak tak berkeringat.
Untuk melakukan bisnis era (cara) ini, sebagian tergagap-gagap. Bisa dimaklumi. Mengingat anak muda lulusan Harvard University bisa dimusuhi karena “idenya yang bukan soal diusung dari Paman Sam” sana. Namun dengan pekerja yang boleh jadi tak dikenalnya, para tukang ojek, itu ia bisa menggerakkan roda bisnisnya. Dan semua dengan “mudah” digerakkan.
Tarjum Sahmad, penulis Mengubah Mimpi Buruk Menjadi Mimpi Indah (Elex Media Komputindo, 2011) dan pengarang novel Ajari Aku memahami Cinta (Peniti Media, 2015), tergiur untuk menawarkan dalam bukunya ini.
Tajuknya pun jelas: Cara Simpel Jadi Networker Pro. Bisa dibilang, inilah dunia penggabungan antara jaringan dan teknologi yang sedangterjadi. Oleh karenanya, ada subnya: Lipatgandakan Omzet dengan Paduan Tetap Startegi Offline & Online. Istilah yang digunakan – meminjam mentornya – pun terdengar okay: Ibarat sebuah pertempuran, tentu akan lebih dahsyat efek dan hasilnya, jika bisa menyerang dari darat (offline) dan udara (online).
Menyimak buku ini, mungkin langsung bisa kita pahami seperti pernyataan yang berbau provokasi: “Serius ingin berhasil di Network Marketing? Buku ini jawabannya.” Tentu, dengan bekal semangat, kejujuran dan cara berbisnis yang masih klasik itu untuk menyebut fatsunnya mesti tetap dipegang. Meski pada Bab 5: Menguasai Online Marketing, perlu. “Kunci sukses terpenting Anda di bisnis jaringan, ada di dalam diri Anda Sendiri”, halaman 48.
Kendati, tetap. Tak cuma atau “Bukan hanya kualitas produk, kekuatan perusahaan, kehebatan mentor dan support sistemnya.”
Karena, ini bisa menjadi titik lemah sebuah cara dalam berteori. Walaupun, penulis memang bisa disebut menggunakan bahasa yang mudah dipahami. Sehingga serenteng teknologi yang menyertai dalam tahap-tahap berbisnis cara ini dipaparkan. Juga sejumlah buku selazimnya untuk digunakan sebagai referensi.
Namun, memang, agaknya perlu menafsir dan menimbang-nimbang sebagaimana layaknya dunia bisnis. Karena ini menyangkut masalah maju tidaknya sebuah dunia usaha.
Di era apa pun. Karena penulis sendiri pun sudah melewati jalan terjal. Dan jatuh-bangun, sebagai hal lumrah saja. Namun itu tak membuatnya jera. Dunia internet, katanya, kian menarik. Tulisannya pun menggelontor, sebelum buku yang akan Anda lahap sampai menutup halaman terakhir dengan anggukkan kepala: Oya. Saya akan mencobanya!