Mohon tunggu...
Thamrin Sonata
Thamrin Sonata Mohon Tunggu... Penulis - Wiswasta

Penulis, Pembaca, Penerbit, Penonton, dan penyuka seni-budaya. Penebar literasi.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Pertemuan Kecil di Kulon

26 Maret 2016   21:50 Diperbarui: 27 Maret 2016   10:14 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Kalau lagi gini, kayak pendekar dari Kulon (dok. pri)"][/caption]

Saya mengenalnya, Kang Nasir. Ya, itu kalau di Kompasiana. Ia sebagai kompasianer. Nah, ketika saya ke Kulon, persisnya ke Cilegon, Banten, itu saya mendapati panggilan yang lebih dominan: Pak Haji. Setidaknya di antara sahabat baru Pak Tisna dan Pak Agus. Kemudian Pak Fauzi, seorang dosen Untirta, Serang. Dalam sebuah pertemuan kecil di Kulon itu.

Entah alias lainnya. Karena ketika saya menemukan sebuah penghargaan dari Walikota Cilegon Dr. H. Tb Iman Ariyadi tersebutkan: H. Nasir, SE. Waduh ini lebih membingungkan lagi. Sebab pada sebuah foto lain, ia disebutkan sebagai alumni Hukum dari UII, Jogja. Juga mengurusi sesama alumni “jurusan” ini di wilayah Cilegon. Padahal, ia pengurus teras di lingkungan KONI Cilegon maupun di provinsi Banten. Repot. Persisnya sih komplet, hehehe.

[caption caption="Nah, ini bukti lain dari penampilan Kang Nasir (dok.pri)"]

[/caption]

Sudahlah. Yang jelas, ia menggelontorkan sejumlah tulisan. Terutama menyangkut soal Cilegon. Kadang mengerikan, kesannya. Lah, begini: Di Cilegon, Akan Lahir Anak Bernama Fatimah binti Kim Mo Nyong. Ya, sebuah tulisan yang menohok. Karena ternyata ada fenomena di wilayah kulon, ujung Pulau Jawa di barat itu. Perihal orang-orang asing, terutama Korea Selatan yang berpacaran dengan warga wilayah yang akan ulang tahun ketujuh belas pada Aptil tahun 2016 ini. “Malah ada anak teman yang menyatakan, saya ingin menikah dengan orang Korea,” ungkap Kang Nasir dalam pertemuan gayeng di sebuah resto lesehan  Ujung Kulon, CIlegon.

Ya, inilah kenyataan yang terjadi dari sebuah wilayah industri di wilayah Cilegon. Yang mana jumlah warga Korea bilangannya cukup mencengangkan. Ribuan. Persis seperti pabrik-pabrik yang berdiri di situ. Sehingga bank-bank pun cukup lengkap. Termasuk, tentu, bank dari negeri ginseng itu.

Tak pelak, pemikirannya dalam tulisan, tak hanya di Kompasiana, terutama di media-media lokal Banten, cukup menyentak. Bahkan amatannya soal “warga asing” itu, eh sempat dijiplak. Ya, sampai tujuh paragraph atawa alinea. Jelas, ini sebuah percolongan tidak indah. Sehingga beberapa waktu sebelum pertemuan – atau mengundang saya ke Cilegon – ia mengungkapkan keresahannya itu. Untunglah pihak yang mengutip lebih dari cukup karya “hak intelektual” itu selesai dengan damai.

Kali lain, Kang nasir menulis: Banten Butuh Calon Gubernur yang Bisa Gila. Apa maknanya? Karena persoalan di wilayah ini yang sebagian wilayahnya sebagai daerah tertinggal. Semisal, Lebak. Sementara, pemimpinan setingkat gubernur, belum bisa memecahkan persoalan krusial plus kesenjangan warganya. Maka, tahun 2017 yang akan memilih Gubernur wilayah Baten, mungkinseperti yang dimunculkan ke permukaan oleh Kang Nasir. Untuk mendobrak persoalan itu. Mengingat wilayah ini berpisah dengan Jawa Barat pun, awalnya atas keinginan bisa “mandiri”. Setidaknya, mengingat DAU-nya cukup besar untuk Jabar saat itu.

[caption caption="Kalau ini penampakan santai. Ada Pak Agus, priyantun saking Kaki Borobudur. Ada pula TS (dok.pri)"]

[/caption]

Agak berat, hahaha. Ya, padahal, saya ke Kulon itu yang untuk mengumpulkan buah pemikiran Kang Nasir. Persisnya, akan dibukukan. Sehingga ada jejak (menjadi) literasi yang lebih sehat dari warganya. Setidaknya, bagi orang-orang kulon. Saya kira, Kang Nasir orang yang bisa menggugah warga Cilegon khususnya dan Banten umumnya. Untuk menulis, dan mengguratkan jejak bagus, dan intelek. Semoga. ***    

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun