Mohon tunggu...
Thamrin Sonata
Thamrin Sonata Mohon Tunggu... Penulis - Wiswasta

Penulis, Pembaca, Penerbit, Penonton, dan penyuka seni-budaya. Penebar literasi.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Menteri Susi: Tenggelamkan Saja

7 Desember 2014   04:06 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:53 509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14178747111023503915

SABTU malam, (6/12) saya sudah di depan layar kaca sejak selepas Maghrib. Hal yang tak biasa mantengin tivi. Kebiasaannya beberapa hari tak menengok-nengok media pandang-dengar yang satu ini. Memang kurang perhatian saja. Maka ketika ada Satu Jam Lebih Dekat dan yang muncul Susi Pudiastuti, jadilah. Satu jam dipanteng memelototi Menteri yang menjadi News Maker di Kabinetnya Presiden Ketujuh: Jokowi-JK.

Ilegal fishing nggak ada kaitannya dengan Malaysia, Thailand atau mana pun,” kata Ibu Menteri yang malam ini berok ungu. Itu dilakukan oleh mereka yang diistilah Menteri Susi karena: greedy. Serakah.

Rupanya tayangan taping ini dilakukan sebelum ada eksekusi pembakaran dan penenggelaman kapal-kapal asing yang mencuri ikan-ikan di kawasan Nusantara (Kepulauan Riau) ini, kemarin (5/12). Sehingga jawaban Menteri kelahiran Pangandaran, Jawa Barat itu: belum ada kapal yang ditenggelamkan. Meski, “Saya mendukung Presiden untuk menenggelamkan (bila ada), untuk efek jera!” tandasnya.

Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti (foto:TS)

Dari acara santai yang sempat membuat Bu Susi mengelap sekitar mata, ketika menyangkut Tsunami di Aceh, ia tak sekolah hingga lulus SMA di Jogja karena menganggap dirinya keras kepala sama seperti ayahnya. Meski ia sebenarnya pembaca Adam Smith, Confusianis dan buku-buku berat di masa remajanya. Buku-buku filsafat.

Catatan kecil ini hanya ingin menandaskan soal sikapnya sekaligus sejalan dengan sikap Presiden Jokowi. Hal yang berbeda dengan Presiden sebelumnya, yang disebut Menteri Kelautan Susi tak ingin menyalahkan siapa. Namun inilah sebuah warning yang menandaskan niat memberdayakan kelautan yang luasnya dua pertiga wilayah daratan. Di mana sesungguhnya potensi sebagai Negara yang mestinya jaya di laut. Sehingga bangsa ini bisa berdiri tegak, tidak dengan kepala tertunduk. Itu saja. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun