Mohon tunggu...
Thamrin Sonata
Thamrin Sonata Mohon Tunggu... Penulis - Wiswasta

Penulis, Pembaca, Penerbit, Penonton, dan penyuka seni-budaya. Penebar literasi.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

KPK: Kapok Itu Hebat

12 Februari 2015   13:25 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:21 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Di Gardu atawa Pos Ronda Pura Cikais terjadi ketegangan yang memuncak. Suasana panas. Padahal, gerimis masih membuat enggan siapa pun ke luar rumah. Ini gegara Ki Badrun kemarin menyatakan ingin menyadera Gedung KPK.

“Kamu sih …!” suara Sontoloyo meninggi.

“Apa?” tanya Ki Blendung sambil melongo.

“Apa lagi? Jangan pura-pura bego kayak Be ….”

Jero Ketitik tertawa.

“Terusinlah, Sontol.”

“Iya. Supaya nggak jadi pitnah!” sambung Ki Blendung. Ia tahu watak Sontoloyo yang nggak pernah marah kepada teman-teman yang biasa mangkal di Pos Ronda pojok perumahan itu.

Sontoloyo garuk-garuk kepala. Menurunkan tensinya.

“Iya. Meskinya kamu ndak punya ide gilaaaaa….”

“Yang mana?”

“Yang mana? Lha, mau menggugat Gedung KPK segala itu.”

Ki Blendung menempeleng kepala sendiri. “Be ….”

“Goooo ….”

Perseteruan pun mendatar.

“Tapi mestinya kamu jadi melaporkan Gedung KPK,” celetuk Jero Ketitik.

“We …lah!” Sontoloyo terperanjat.

“Kok kamu yang gila sekarang?” tanya Ki Blendung.

“Lha, iya. Kalau Gedung sudah diambil alih oleh Bareskrim kan nggak ada yang ngancam-ngancam segala. Pake neror gitu jadinya mereka. Ndak jantan itu,” urai Jero Ketitik.

“Maksudmu bukan Polisi kan?” tanya Ki Blendung.

Sontoloyo ngakak.

“Di sinilah letaknya. Orang bego pun ketoro…Ya, bukan lah. Edan apa aparat ngancam.”

“Kalau oknumnya?” kejar Jero Ketitik.

“Nggak. Jangan suka prasangka buruk. Itu dendam namanya. Seperti kata Pakde Sakimun, dendam itu DENgki yang terpenDAM. Mana mungkin Polisi sukan dendam. Nggak ada itu.”

Seperti biasa, Sontoloyo mampu menguraikan dalilnya dengan cermat dan melambat tenang. Sehingga dua temannya menerima alasannya.

“Jadi yang salah itu …gedungnya. Kenapa ada teks gede-gedean …KAPOK: Jujur itu hebat.”

“KPK!” seru Ki Blendung dan Jero Ketitik.

Sontoloyo ndak peduli. Nyeruput teh pocinya. Srupuuuut! ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun