Dewasa ini, Perkembangan teknologi informasi membawa perubahan pada masyarakat. Lahirnya sosial media telah mengubah budaya, etika, dan norma pola perilaku masyarakat yang ada. Indonesia memiliki jumlah penduduk yang besar, beragam budaya, suku, ras, dan agama, serta memiliki potensi perubahan sosial yang besar.
Hampir seluruh masyarakat Indonesia dari berbagai kalangan dan kelompok umur menggunakan media sosial sebagai sarana pengumpulan informasi dan penyebaran informasi. Sistem komunikasi yang meluas ini dapat berimbas kepada semakin maraknya kejahatan pada sosial media contohnya seperti banyaknya penyebaran hoax, penipuan online, penggunaan akses-akses ilegal untuk menonton film atau membaca buku yang seharusnya berbayar dan sebagainya.
Di lain sisi, sosial media akan berdampak baik jika pengguna bijak dalam memanfaatkannya, contohnya pada saat ini banyak pemimpin yang memanfaatkan sosial media sebagai bagian dari kepemimpinannya. Para pemimpin harus menyesuaikan gaya kepemimpinan mereka untuk memanfaatkan potensi media sosial dalam mengatasi tantangan baru dan perkembangan global yang berkembang kian pesat. Penggunaan gaya kepemimpinan yang aktif di sosial media memiliki banyak keunggulan dibandingkan gaya kepemimpinan tradisional, termasuk kemampuan memanfaatkan situasi saat ini untuk meningkatkan kinerja organisasi.
Dalam kerangka kepemimpinan transformasional, partisipasi aktif dalam kehidupan bermasyarakat dan penerapan sikap politik berdasarkan demokrasi dapat membentuk model kepemimpinan yang menghasilkan perubahan progresif. Solikin M. Juhro dalam buku Transformational Leadership menyatakan teori kepemimpinan berkembang sesuai dengan situasi dan kondisi pada zamannya masing-masing. Kecocokan dengan era dan kebutuhan zaman menjadi penentu gaya kepemimpinan yang berkembang di saat tertentu.
Pemimpin yang efektif akan mengerti bahwa suatu gaya kepemimpinan yang berhasil di suatu situasi tertentu di masa lalu, belum tentu berhasil diterapkan di situasi yang sama di masa kini. Saat ini, media sosial sangat membantu seorang pemimpin baik pemimpin daerah maupun nasional untuk berinteraksi dengan masyarakat. Sebelum era media sosial, interaksi komunikasi pemimpin (termasuk kepala daerah) kerap diwarnai hambatan sekat birokrasi yang kaku dan penuh protokoler. Kini masyarakat dapat berkomunikasi untuk menyampaikan aspirasi kepada pemimpin secara langsung melalui media sosial.
Dalam konteks ini media sosial telah menjadikan hubungan pemimpin dan masyarakat saling merasa memiliki kedekatan. Sebagai contoh, Ridwan Kamil meningkatkan kepercayaan, keterampilan, pengetahuan dan partisipasi politik masyarakat kota Bandung. Ia memanfaatkan media sosial untuk mendengarkan keluhan dan menawarkan solusi, serta mempublikasikan berbagai program dan kegiatan Pemerintah Kota Bandung. Kepemimpinan transformatif Ridwan Kamil mampu menciptakan budaya politik sipil yang kuat melalui komunikasi yang efektif dan keterlibatan masyarakat yang aktif. Gaya pengelolaannya yang terbuka, komunikatif, dan mudah didekati menciptakan perubahan positif dalam pemerintahan Kota Bandung.
Sebagai seorang pemimpin, Ridwan Kamil menunjukkan keterbukaan dan komunikasi efektif di media sosial dengan semua pihak, khususnya masyarakat Kota Bandung. Dengan media sosial, ia merobohkan dinding birokrasi yang rumit antara masyarakat dengan pemerintah. Melalui komunikasi yang terjalin, Ridwan Kamil membangun hubungan yang erat dengan masyarakat dan mendapatkan masukan-masukan yang berharga. Komunikasi melalui media sosial juga membantu mempublikasikan program dan prestasi pemerintah. Karena hal tersebut Ridwan Kamil mendapat julukan Pemimpin Kreatif Era Milenial.
Gaya kepemimpinan transformasionalnya mendorong bawahan untuk berpartisipasi aktif dan memotivasi mereka untuk mengambil tanggung jawab melebihi harapan. Ridwan Kamil mampu mendefinisikan dan mengkomunikasikan visi organisasi serta mendapatkan pengakuan dari bawahannya. Gaya kepemimpinan transformasionalnya mencakup unsur relasional dan perubahan nyata. Ia memahami kondisi nyata dan kinerja karyawan serta bawahannya, sehingga dapat cepat mencari solusi bersama.
Sosok Ridwan Kamil terkenal sebagai pemimpin kekinian karena inovasi yang dilakukannya dalam berinteraksi dengan masyarakat melalui media social Instagram dan Twitter pribadinya. Tidak jarang beliau membalas kritik dan saran dari masyarakat di akun media sosialnya hingga membuat masyarakat dekat dengannya. Ridwan Kamil kerap membagikan setiap inovasi dan kebijakan yang dibuat, melalui akun media sosial pribadinya sehingga masyarakat dapat mengetahui setiap kebijakan yang ada, mulai dari proses hingga hasil. Pola kepemimpinan yang milenial dalam konteks memanfaatkan media social telah mengantar Ridwan Kamil sebagai Wali Kota Bandung menjadi pemimpin yang sangat popular dan relatif berhasil. Hingga akhir kepemimpinannya Ridwan Kamil berhasil meraih 345 penghargaan untuk Kota Bandung.
Hasil dari program yang dilaksanakan oleh Ridwan Kamil sangat diapresiasi oleh masyarakat Jawa Barat, khususnya untuk dua program yang mendapat feedback positif, salah satunya adalah Jabar Quick Response (JQR), sebuah wadah pengaduan masyarakat Jabar yang memberikan solusi dan pertolongan pertama dalam situasi darurat dan kemanusiaan. JQR tersebut bentuk dari mediasi komunikasi antara masyarakat dengan pemerintah dalam konteks penting untuk ditangani. JQR juga memungkinkan masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam memberikan solusi bagi pengembangan wilayahnya dan memberikan bantuan dalam situasi darurat. JQR dapat dihubungi melalui media sosial seperti Facebook, Twitter dan Instagram serta melalui telepon.
Pemimpin transformasional yang memanfaatkan media sosial seperti Ridwan Kamil, telah menunjukkan bahwa penggunaan media sosial dengan bijak dapat menciptakan hubungan yang erat antara pemimpin dan masyarakat. Melalui akun media sosialnya, Ridwan Kamil dapat berkomunikasi langsung dengan warga Bandung, mendengarkan aspirasi mereka, dan memberikan informasi terkini mengenai kebijakan pemerintah. Hal ini menciptakan transparansi dan akuntabilitas dalam kepemimpinannya, serta memperkuat hubungan antara pemimpin dan masyarakat. Selain itu, media sosial juga memfasilitasi partisipasi aktif masyarakat dalam pembangunan dan penyelesaian masalah.