Ringkasan Penelitian
Jurnal yang berjudul "Policy to Expand Hospital Utilization in Disadvantaged Areas in Indonesia: Who Should be The Target?" merupakan sebuah penelitian yang ditulis oleh Agung Dwi Laksono, dkk yang dipublikasi melalui BMC Public Health pada Januari 2023. Penelitian ini dilatarbelakangi dengan perhatian pada isu pemanfaatan rumah sakit di daerah tertinggal di Indonesia. Temuan penelitian ini secara general melihat bahwa pemanfaatan rumah sakit di daerah tertinggal masih sangat rendah. Oleh karenanya, penulis menyimpulkan perlunya target khusus untuk mempercepat peningkatan pemanfaatan rumah sakit di daerah tertinggal. Penulis juga berharap pemerintah sebagai pelaku pembuat kebijakan dapat mengeluarkan kebijakan yang berdasar pada temuan yang didapat dalam penelitian ini, sehingga pemerataan akses fasilitas kesehatan di daerah tertinggal dapat terwujud.
Walaupun demikian, data yang digunakan dalam penelitian ini sedikit ketinggalan jaman. Data tersebut menggunakan survei Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018. Padahal, perkembangan sistem kesehatan setelah tahun 2018 sangat dinamis, terutama dengan adanya pandemi COVID-19 yang tentunya membawa perubahan signifikan pada akses kesehatan. Namun, isu ini masih relevan dengan agenda pembangunan pemerintah dalam mewujudkan pemerataan akses kesehatan dan percepatan pembangunan di daerah tertinggal, terutama dalam konteks Universal Health Coverage (UHC). Sehingga penting bagi kita untuk mempelajari lebih lanjut tentang penelitian ini.
Metodologi yang Digunakan
Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional dengan tujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan rumah sakit di daerah tertinggal di Indonesia. Jumlah sampel yang digunakan pada populasi dewasa ( 15 tahun) sebanyak 42.644 responden. Variabel independen yang diuji meliputi tipe tempat tinggal, usia, jenis kelamin, status pernikahan, tingkat pendidikan, status pekerjaan, status kekayaan, kepemilikan asuransi, dan waktu tempuh menuju rumah sakit. Untuk mengevaluasi hubungan antara variabel independen dan pemanfaatan rumah sakit, penulis menggunakan regresi logistik biner. Selain itu, pengujian kolinearitas juga dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada hubungan yang terlalu kuat di antara variabel-variabel independen sebelumnya.
Dalam penelitian ini, pendekatan cross-sectional, walaupun ampuh dalam melihat hubungan antar variabel dependen dan independen, namun terbatas dengan hanya dapat menangkap data pada satu titik waktu tertentu. Selain itu, pendekatan ini tidak dapat menggambarkan perubahan pemanfaatan rumah sakit dari waktu ke waktu atau dampak intervensi kebijakan dalam jangka panjang. Meskipun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa jumlah sampel yang besar pada penelitian ini dapat memberikan validitas yang kuat terhadap hasil analisis. Analisis regresi logistik memungkinkan identifikasi faktor yang kompleks. Metodologi ini cukup komprehensif dan tepat untuk mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi pemanfaatan rumah sakit. Sehingga kita perlu mengetahui hasil dan temuan pada penelitian ini agar dapat belajar darinya di masa depan.
Hasil dan Temuan
Dalam menganalisis data, penelitian ini menggunakan beberapa tahapan pengujian. Uji Chi-square digunakan pada tahap awal sampel untuk membuat perbandingan bivariat untuk variabel dikotomi. Secara bersamaan, digunakan uji T untuk variabel kontinu. Selanjutnya uji kolinearitas digunakan untuk menentukan hubungan antara variabel-variabel independen dan diakhiri dengan analisis regresi logistik biner.
Penelitian ini menunjukkan bahwa pemanfaatan rumah sakit di daerah tertinggal masih rendah yaitu sebesar 3,7%. Berdasarkan variabel independen yang diuji, pemanfaatan rumah sakit di daerah perkotaan memiliki kemungkinan 1,045 kali lebih besar dibandingkan daerah pedesaan. Usia yang lebih tinggi juga memiliki hubungan dengan pemanfaatan rumah sakit. Perempuan memiliki kemungkinan 1,656 kali lebih besar untuk menggunakan rumah sakit dibandingkan laki-laki. Dalam status pernikahan, orang yang sudah menikah atau tinggal bersama pasangan memiliki hubungan dengan pemanfaatan rumah sakit. Begitu pun pada orang yang memiliki status kekayaan yang baik serta mereka dengan kepemilikan asuransi memiliki nilai yang berkesinambungan, yakni lebih banyak mendapatkan pemanfaatan rumah sakit. Terakhir, waktu tempuh yang lebih cepat pada 1 jam memiliki kemampuan lebih tinggi dalam pemanfaatan rumah sakit.
Pada akhir penelitian, peneliti menyampaikan bahwa kelompok yang kurang dalam pemanfaatan rumah sakit dan menjadi target khusus adalah mereka yang tinggal di daerah pedesaan, berjenis kelamin laki-laki, lajang, tidak berpendidikan, tidak bekerja, termasuk golongan miskin, tidak memiliki asuransi, dan memiliki waktu tempuh > 1 jam.
Manfaat yang Diberikan
Sebagai ilmu pengetahuan, beberapa temuan dan indikasi praktis dalam penelitian ini dapat berkontribusi pada berbagai hal, utamanya bagi tenaga kesehatan, praktisi kesehatan masyarakat, dan akademisi/peneliti serta aparatur negara. Dimulai dari tenaga kesehatan yang diberikan gambaran terkait masih kurangnya tenaga kesehatan yang ada di daerah tertinggal, sehingga termotivasi agar dapat berkontribusi dalam negeri ini untuk mendukung pemerataan layanan kesehatan di Indonesia. Sebagai rekomendasi dari kontribusi ini, perlu dicatat bahwa kemampuan klinisi dan berpikir sistem yang kompeten juga diperlukan ketika berkontribusi di daerah tertinggal mengingat keterbatasan yang ada. Jangan sampai, kehadiran kita, tenaga kesehatan, hanya sebagai penambah kuantitas, namun tidak memberikan perubahan yang signifikan seperti yang dilaporkan pada penelitian ini (dikatakan bahwa, masyarakat merasa kurang mendapatkan pelayanan yang optimal oleh tenaga kesehatan yang ada).
Selain menginformasikan kepada tenaga kesehatan yang berperan langsung di lapangan, penelitian ini juga dapat memberikan gambaran isu kesehatan di Indonesia bagi praktisi kesehatan masyarakat. Â Dalam hal ini, akademisi maupun peneliti dapat menjadi komunikator sains untuk mensosialisasikan temuan ini dan secara umum masalah pelayanan dan sistem kesehatan, sebagai bahan rujukan kebijakan dari daerah tertinggal ke pusat. Dengan demikian, pengetahuan ini dapat diaplikasikan oleh pemerintah yang berkaitan, baik itu yang di daerah maupun pusat, khususnya di bidang ketahanan dan pelayanan kesehatan, seperti tujuan awal dari penelitian ini
Melihat Kelebihan dan Kekurangan
Penelitian ini secara singkat mengungkap kebermanfaatannya dalam aspek kesehatan dan kebijakan kesehatan yang relevan dengan masalah kesehatan Indonesia saat ini, yakni kesenjangan dalam fasilitas kesehatan terutama di daerah tertinggal. Juga, gambaran ini berkontribusi pada pemahaman akses kesehatan untuk semua golongan. Sehingga, penelitian ini bisa menjadi landasan bagi penelitian berikutnya, khususnya yang berfokus pada isu layanan kesehatan di daerah tertinggal.
Informasi yang diberikan dalam penelitian ini sangat beragam, karena membahas aspek atau pun variabel yang tidak hanya berfokus pada kesehatan, tetapi juga tingkat pendidikan, status pekerjaan, kekayaan, serta kepemilikan dan pemahaman tentang asuransi. Penelitian yang multisektoral adalah kekuatan studi ini, di mana dapat memahami isu-isu lintas sektor, seperti ekonomi, sosial, dan pendidikan; dan secara khusus dapat melatarbelakangi studi kebijakan pada persinggungan sektor tersebut. Terlebih, cakupan isu kesehatan dan infrastruktur kesehatan pada daerah tertinggal bisa mengindikasikan parameter pembangunan. Sebagai contoh, salah satu faktor yang mempengaruhi pemanfaatan rumah sakit (dalam pandangan pembangunan dan layanan kesehatan) adalah jauh dan sulitnya akses/infrastruktur menuju fasilitas kesehatan terdekat.
Sebaliknya, penelitian ini juga memiliki beberapa kekurangan, seperti temuannya yang masih sangat umum. Mengingat data yang digunakan berskala nasional dengan fokus "daerah tertinggal", akan lebih baik jika dilakukan segmentasi berdasarkan provinsi atau karakteristik wilayah sehingga rekomendasi kebijakan dapat lebih terarah dan spesifik. Pembagian wilayah ini juga bisa membantu memahami pengaruh budaya lokal atau persepsi masyarakat terhadap kesehatan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. Faktor sosial budaya dapat pula menjadi faktor penentu penting dalam pemanfaatan layanan kesehatan.