Mohon tunggu...
Thaifur Rahman
Thaifur Rahman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa di Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan

Saya pelajar yang selalu ingin tahu tentang kehidupan dengan cara mencoba dan membiasakan hal baru kemudian membarukan kebiasaan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tips Mengeja Diri Menjadi Lebih Baik Perspektif Maudy Ayunda

13 Januari 2023   03:11 Diperbarui: 13 Januari 2023   03:24 2402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Maudy Ayunda - Pinterest

Pernahkah kita berpikir seperti ini, "Tuhan, aku masih belum setegar batu karang. Makanya aku selalu keluhkan segala persoalan terhadap-Mu. Jujur, aku pernah menjadi orang yang begitu pengecut karena kalah dengan attitude orang lain. Memaksa diri ini untuk menjadi sepertinya namun tidak berdaya ketika ditanya apa kelebihannya?" Pernyataan umum yang tidak sedikit orang merasakan karena kalau hidup hanya sekadar ngikut, ada kalanya kita kalah dan tidak membuahkan atribut.

Apa yang menyebabkan bagian integral seseorang berada di fase tersebut? Yaitu menilai produktif yang tidak lagi positif. Selalu memacu bagaimana bisa lebih dari orang lain namun tidak didasari dengan usaha yang pantas dan berkualitas. Kita boleh saja iri kepada orang lain asal nilai produktif yang kita lakukan jauh melebihi apa yang orang lain lakukan. Mengutip dari akun instagram zonamotivasi, "Ketika kau tidak berlatih, ingatlah bahwa seseorang di luar sana sedang berlatih dan ketika kalian bertemu ia akan menang."

Bahwa sebenarnya yang memacu kita berada di fase pernyataan di atas karena selalu berputar pada hal-hal duniawi saja. Seharusnya nilai dari produktif bukan hanya untuk duniawi, spiritual juga perlu seperti salat, zakat, ibadah, senyum, ngaji dan berbagai syariat lainnya yang dirasa mudah untuk kita kerjakan. Sesuai dengan ajaran Islam yang tidak pernah memaksa kita menjadi "pion percobaan" melakukan sesuatu di luar batas kemampuan yang kita punya. So, Islam itu humble dan berteman dengan siapapun.

Hal lain juga pernah kita rasakan yaitu ketika punya hobi yang menyenangkan banget. Namun tiba-tiba merasa enggan untuk melakukannya. Padahal hobi itu telah membuat kita nyaman berkali-kali-bahkan pernah digaji pula. Apa jangan-jangan masih belum disebut hobi kalau masih ngadat? Harus segera perbaiki apa yang menjadi kesalahan dan jangan pernah kalah dengan keadaan yang terus membawa kita untuk tidak maju dan berkembang.

Maudy Ayunda memberikan sebuah tips yang sangat mungkin untuk kita lakukan yaitu dengan cara memulai habits-habits baru di era penuh gempuran iri, benci, dan saling memamerkan passion diri. Gampangnya, merestart kegiatan yang selama ini dilakukan dan menjadikannya lebih baik. Gus Dur mengistilahkan begini, "Islam datang bukan untuk mengubah budaya leluhur kita menjadi budaya Arab. Bukan untuk aku menjadi ana, sampean menjadi antum, sedulur menjadi akhi. Kita pertahankan milik kita. Kita harus serap ajarannya, bukan budaya Arabnya." Awalnya pembaca pasti mengira tidak ada hubungannya antara pernyataan Maudy Ayunda dan Gus Dur.

Era disrupsi menyebakan fungsi yang sesungguhnya mati tetapi kemudian ada sebuah solusi ringan yang ditawarkan. Kegiatan yang kita lakukan sebelumnya jika masih sama hasil dari sesudahnya maka yang harus kita ubah adalah caranya bukan menggantinya dengan hal baru yang kemungkinannya masih belum seratus persen sempurna. Contoh, kita biasa membaca buku tanpa kopi sehingga rasa kantuk pun selalu datang. Solusinya, bacalah buku dan sandingkan kopi agar mata kita tidak mudah terpejam. Mudah bukan? Ingat, modifikasi caranya.

Lain daripada itu, Maudy menambahkan, penting untuk mengenali puncak keprokdutivitasan kita dalam sehari. Semisal, kita paling produktif melakukan kegiatan di pagi hari. Maka jangan lakukan kegiatan yang kita suka di selain waktu produktif kita. Selanjutnya, perlu banget ada kalender sebagai penanda dengan tujuan apa yang kita tata dan inginkan menjadi sebuah ketercapaian. Terakhir, mempersiapkan skejul yang matang demi terstrukturnya kegiatan yang ingin kita lakukan. Sehingga upaya untuk mengeja diri menjadi lebih baik bukanlah suatu hal yang sia-sia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun