Mohon tunggu...
MUHAMMAD THAARIQ RIZQIANSYACH
MUHAMMAD THAARIQ RIZQIANSYACH Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA-UNIVERSITAS PGRI MADIUN

HOBI : MENGGAMBAR, MENYANYI, MEMASAK, TRAVELING

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Padangan Heritage : Sebagai Salah Satu Warisan Budaya Di Desa Padangan

30 Desember 2024   15:29 Diperbarui: 30 Desember 2024   15:29 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
radarbojonegoro.jawapos.com

Padangan adalah salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur ini tepatnya terletak di ujung barat perbatasan antara Provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah. Di Kecamatan Padangan ini banyak terdapat bangunan tua seperti rumah, gedung, makam atau bangunan lainnya. Di tengah hiruk-pikuk kawasan Kecamatan Padangan, Kabupaten Bojonegoro, berdiri sebuah bangunan rumah tua bersejarah yang kini dikenal sebagai Padangan Heritage.

Kecamatan Padangan ini memiliki cukup banyak bangunan kolonial, termasuk diantaranya adalah Padangan Heritage. Sebuah bangunan kolonial yang berhasil diselamatkan dan dapat dikelola oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro sebagai Local History and Museum. Padangan Heritage dibangun pada tahun 1911, bagunan tersebut merupakan bekas rumah tinggal seorang pengusaha tembakau lokal pada awal abad ke-20 beliau bernama H. Ali Rasyad yang berada di Jalan Diponegoro Nomor 40 RT. 04/RW. 04 Desa Padangan, Kecamatan Padangan. Selain digunakan sebagai tempat tinggal, rumah tersebut juga memiliki ruang penyimpanan tembakau di loteng bangunan utama, dan memiliki menara pantau digunakan untuk memantau pengiriman tembakau dari Bengawan Solo.

Pada masa Kerajaan Mataram dan awal berdirinya VOC, Padangan menjadi wilayah yang sangat penting. Saat itu, Padangan pernah menjadi Ibukota Kadipaten Jipang dengan Mas Tumapel sebagai Bupati dan merangkap wedana bupati Mancanegara Wetan. Penetapan Padangan sebagai Ibukota Kadipaten Jipang disebabkan adanya perjanjian antara Sunan Amangkurat kepada VOC. Oleh karena itu, VOC melayangkan tuntutan untuk memindahkan Ibukota Kadipaten Jipang berada di seberang Bengawan Solo. Karena letak Desa Padangan ini yang berada di sekitar aliran Bengawan Solo, wilayah ini akhirnya juga berkembang sebagai pusat perdagangan pada saat itu. Terdapat dermaga yang saat itu menjadi tempat pemberhentian dan aktivitas kapal-kapal dagang.

Dengan adanya wilayah perdagangan itu menyebabkan banyak pedagang dari Eropa dan Cina yang datang ke daerah Padangan ini. Di sisi barat Padangan juga terdapat distrik Plunturan yang memiliki sumur minyak sehingga juga banyak ditempati oleh orang-orang Eropa dan Cina. Ada banyak perusahaan di Regentschap Bodjonegoro, khususnya di daerah Padangan ini pada tahun 1941. Di bidang pertanian juga ada "Perusahaan Beras Mentah Tjepoe". Di bidang percetakan dan penjilidan buku juga ada "Rumah Percetakan Padangan". Namun, perusahaan paling banyak ada di bidang tekstil, khususnya pabrik tenun seperti: "Balai Kambang", "Djwa Sien Hwa", "gunung Mas", dan "Gunung Ringgit".

Bangunan rumah tua ini memiliki daya tarik tersendiri dengan arsitektur kolonial Belanda yang sangat memikat. Berdiri sejak 1911, rumah ini tidak hanya menyimpan nilai estetika, tetapi juga menyimpan sejarah panjang perdagangan tembakau di wilayah ini. Sehingga, menjadikan Padangan sebagai salah satu pusat perdagangan penting di masa kolonial. Meski telah diproyeksikan menjadi museum, Padangan Heritage saat ini masih belum dilengkapi dengan koleksi artefak sejarah yang memadai.

Padangan Haritage yang ditetapkan sebagai cagar budaya ini adalah bangunan jaman kolonial dengan arsitektur indis akhir yang menghadap ke selatan. Rumah ini terdiri dari tiga bagian yakni Bangunan Utama, Bangunan Menara dan Bangunan Servis. Bangunan utama terdiri dari delapan ruang termasuk teras depan dan teras belakang. Seluruh dinding dicat warna putih dengan hiasan motif flora. Bangunan menara/bangunan pantau berukuran 4,4 x 4,2 meter terdiri dari teras di lantai 1 dan teras di lantai 2. Dan bangunan servis adalah ruang terbuka berukuran 4,82 x 2,58 meter dan kamar mandi berukuran 2,58 x 2,58 meter.

Keberadaan Padangan Heritage ini membuka peluang wisata baru bagi Desa Padangan, khususnya dengan daya tarik arsitektur kolonialnya yang khas. Sebelum diresmikan, bangunan ini sudah menarik perhatian beberapa pasangan yang memilihnya sebagai lokasi prewedding, tidak cuma menjadi lokasi untuk foto prewedding bagunan ini juga menjadi lokasi foto album tahunan sekolah, jadi bangunan yang berarsitek kolonial ini menandakan bahwa nilai estetika bangunan yang memiliki daya tarik yang tersendiri.

Padangan Heritage ini saat ini telah difungsikan menjadi museum sejarah setempat dan telah menjadi salah satu destinasi wisata fotografi yang cantik di Bojonegoro. Museum ini dibuka setiap hari (Senin -- Minggu) mulai dari pukul 08:00-16:00 dan berada dibawah pengelolaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun