Ada cerita Tiongkok kuno seperti ini. Seekor burung terbang dengan semangatnya. Seperti hendak menunjukkan keperkasaannya, si burung terus membumbung sendirian. Dia terbang sudah terlalu tinggi, tanpa tahu apa yang akan terjadi. Tidak disangka, di atas sana badai salju tiba-tiba menerpanya. Sayapnya penuh dengan es yang juga menempel di seluruh tubuhnya.
Si burung tidak kuat lagi melawan badai salju. Dengan berat yang bertambah dan dengan sayap yang beku, si burung meluncur ke bawah seperti pesawat terbang yang mati mesinnya. Dia berpikir matilah sudah. Badannya pasti akan remuk membentur tanah yang keras. Tepat di bawahnya seekor kerbau baru saja buang hajat besar. Si burung jatuh tepat di kotoran yang masih hangat itu. Meski berbau, si burung sangat senang bahwa dia jatuh ke tempat yang lunak. Melihat dirinya tidak jadi mati si burung luar biasa senangnya. Saking gembiranyasi burung bersiul sangat riangnya. Memang badannya penuh kotoran, tapi itu masih lebih baik daripada meninggal dunia.
Kicaunya yang berlebihan membuat seekor musang mendengarnya. Dia datang ke tempat burung yang lagi tenggelam di kotoran dengan rasa simpati. Si musang menariknya dari dalam kotoran dan pelan-pelan membersihkannya. Si burung merasa beruntung ada musang yang begitu baik hati. Kegembiraannya benratmbah-tambah, bukan saja kini tidak jadi mati, tapi juga ada yang membersihkannya dari kotoran. Si burung tidak menyangka, setelah si musangmembersihkan semua kotoran dari badannya, selera aslinya muncul. Si musang mendadak memakannya.
Dari cerita pendek itu, begitu banyak pelajaran yang bisa didapat:
Peratama, Terbang bersama-sama lebih baik dari sendirian. Sendirian di tempat yang amat tinggibisa membuat seseorang lupa kontrol diri. Dia menjadi tidak waspada bahwa bahaya bisa saja mengancam tiba-tiba.
Kedua, seseorang yang lagi jatuh pun jangan habis harapan. Seseorang yang jatuh, kadang menemukan tempat yang baik untuk merencanakan hidup selanjutnnya.
Ketiga, seseorang kalau mendapat rejeki jangan terlalu banyak berkoar. Musang pun yang mestinya tidak berharap ada burung jatuh di dekatnya menjadi tahu kalau ada makanan empuk. Seandainya si burung tidak terlalu senang dan berkicau-kicau, tentu si musang tidak akan tahu.
Keempat, seseorang yang kelihatan menolong belum tentu hatinya baik. Bisa jadi sebenarnya bukan hendak menolong, melainkan ada maksud tertentu yang masih disembunyikannya.
Dan mungkin masih banyak lagi pelajaran-pelajaran yang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H