Mohon tunggu...
Thomas Kristian
Thomas Kristian Mohon Tunggu... -

Saya adalah makhluk Tuhan dengan segala kekurangannya.

Selanjutnya

Tutup

Money

Tahun Baru, Tantangan Baru

5 Januari 2012   04:23 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:19 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

.

Di awal tahun ini saya kehilangan salah satu anak buah saya yang berposisi sebagai mandor produksi, sebut saja namanya Andi. Mandor produksi adalah kepanjangan tangan saya di lapangan, jadi di lapangan saat tidak ada saya, mandor produksi lah yang punya kewenangan penuh dalam produksi, seperti memutuskan kapan produksi mulai, berhenti, mengatur personil produksi untuk kelancarannya, tentu saja tetap dengan peran saya di balik layar. Karena ini adalah saat terakhir bagi dia berposisi sebagai bawahan saya, maka saya mau menuliskan sedikit kesan-kesan saya setelah dia bekerja kurang lebih selama 3 tahun dibawah saya. Andi itu orangnya ‘diam-diam tapi tidak bisa dihanyutkan’, dia selalu membela anak buahnya bila ada yang melakukan kesalahan, jadi tidak dengan menegur bila ada yang melakukan kesalahan tetapi dia selalu memberikan alasan kenapa anak buahnya melakukan kesalahan itu, sembari berharap saya memberikan excusse atas kesalahan itu. Saya juga pernah mengalami hal seperti itu, rasanya sungguh luar biasa sakitnya. Bayangkan saja ketika kita ditegur atau diomeli atau apa saja yang mungkin bahasanya lebih kasar lagi, tapi kita tidak menyampaikan itu ke bawahan kita, kita hanya bisa menyimpannya didalam hati sambil hanya memberikan alasan-alasan pembenaran tentang hal itu. Rasanya sungguh sangat sesak sekali. Tapi rupanya dia kuat menghadapi itu, buktinya dia bisa bertahan selama 3 tahun, entah saya tidak tahu usaha apa yang bisa dia lakukan untuk bertahan.

Saya juga bisa bertahan karena saya mulai bisa menerima kesalahan-kesalahan yang menurut saya adalah kesalahan saya sendiri, kesalahan sistem. Siapa yang membuat sistem? Tentu saya yang merancangnya. Siapa yang melakukan eksekusi dan mengawasi sistem? Tentu juga saya yang bertanggungjawab. Kesalahan baru ada pada bawahan bila memang bawahan tidak mau menjalankan sistem yang sudah dijelaskan sampai sejelas-jelasnya kepadanya. Tetapi kebanyakan kesalahan adalah karena bawahan tidak terlalu mengerti sistem yang dijelaskan kepadanya. Bawahan tidak tahu apa yang menjadi isi hati atasannya, ini masalah komunikasi. Jadi masing-masing atasan maupun bawahan punya pemikiran yang berbeda-beda tentang hasil akhir yang ingin dicapai. Seharusnya atasan harus bisa mengkomunikasikan apa goal yang ingin dia capai. Untuk mencapai goal itu atasan bisa menyampaikan cara-cara kepada bawahannya, tetapi jangan salah, kadang ide-ide kreatif justru ada pada bawahan yang memang benar-benar menguasai lapangan, maka biarkanlah ide itu berkembang sebelum layu, atasan cukup mengawasi saja agar jangan sampai melewati batas-batas yang mungkin bawahan tidak paham. Ini yang hendak saya terapkan mulai awal tahun ini, saya ingin agar suasana briefing bisa berjalan dua arah, dalam artian tidak hanya saya yang berbicara, tetapi semua berbicara, semua menyumbang ide, tidak ada batasan, tidak ada suasana otoriter disana, itulah baru bisa benar-benar disebut rapat yang berhasil, bisa memberikan output yang banyak untuk masalah-masalah yang dihadapi. Jadi masalah memang bukan untuk dihindari, tetapi untuk dibicarakan untuk kemudian dicarikan ide-ide model penyelesaiannya sebanyak mungkin, nanti dari semua model itu tinggal kita pilih mana ide yang terbaik. Ini masalah komunikasi.

Untuk Andi, selamat menempuh tantangan baru, mungkin Anda harus belajar lebih banyak lagi disana, karena saya yakin suasana kerja di tempat yang baru pasti jauh berbeda dengan di tempat kerja yang lama. Di produsen orang-orang lebih mudah dikendalikan karena berada di satu atap tempat kerja yang sama, sehingga kita bisa membentuk kultur sesuai keinginan kita dan lebih mudah diawasi. Untuk di distributor pengawasan harus lebih ekstra dan kultur juga sulit kita bentuk, karena disana orang bekerja tidak hanya cuma bertemu dan bersosialisasi dengan rekan kerjanya, tetapi juga bersosialisasi dengan orang-orang dari luar. Itulah tantangan, karena hidup tanpa tantangan serasa hambar, serasa tidak ada sukacita seperti ketika kita bisa menyelesaikan tantangan itu. Tulisan pertama saya di Kompasiana ini kupersembahkan untuk Anda.

Selamat tahun baru, selamat menghadapi tantangan baru.

Sumber gambar: Mbah Google.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun