Hatiku sangat gembira hari ini, karena malam ini aku dan pacarku Ari akan makan malam untuk merayakan hari jadi kami yang pertama. Sejak sore tadi aku sudah menyiapkan segalanya. Mulai dari pergi kesalon sampai mengenakan gaun berwarna merah yang dia belikan. Beberapa saat kemudian kami sudah di dalam mobil. Mobil kami meluncur menembus hiruk pikuknya ibu kota menuju ke sebuah restoran yang sudah kami pesan. Obrolan-obrolan ringan tentang pekerjaan dan lain-lain membuat waktu tiga puluh menit tak terasa. Kami duduk ditempat yang sudah kami pesan. Suasananya sangat romantis dengan alunan musik klasik yang dimainkan lewat piano yang ada dipojok restoran. Makan malam berlangsung sekitar 2 jam diselingi dengan obrolan ringan. Tak lupa pujian dan kata-kata mesra yang selalu meluncur dari bibirnya disela-sela obrolan membuatku semakin berbunga-bunga. Tepat setelah selesai makan, kami bergegas menuju mobil untuk pulang. Di dalam mobil, Ari sekali lagi mengatakan kalau dia sangat mencintaiku dan sangat beruntung bisa memilikiku. Kemudian kami saling berpagut mesra di dalam mobil. Dalam perjalanan pulang, seluruh badanku menjadi lemas dan kepalaku terasa berat. “ Mas kepalaku pusing, mungkin tekananku naik habis makan steak tadi” kataku lirih. “ Kalau begitu kamu pulang kerumahku saja, supaya aku bisa merawatmu” katanya sambil mengusap kepalaku. Aku sudah tak ingat apa-apa lagi. Ketika aku mulai sadar, tubuhku tak tertutupi sehelai benang pun dan ada rasa perih dan nyeri dibeberapa bagian tubuhku terutama bagian kewanitaanku. Aroma alkohol langsung menusuk indra penciumanku. Aku melihat kesekeliling ruangan kamar dan mataku terbelalak ketika melihat botol-botol minuman beralkohol dan bong berserakan di lantai. Empat laki-laki termasuk pacarku Ari sedang terlelap dan tidur tanpa busana juga. Perasaanku bercampur aduk di iringi dengan pikiran-pikiran yang tidak-tidak. Dengan air mata terurai aku menarik selimut dan meringkuk di tepi ranjang. Entah apa yang merasuki pikiranku saat itu, tanpa berfikir panjang aku berlari keluar kamar mencari sesuatu untuk membalas semua perbuatan mereka padaku. Mataku tertuju pada sebilah pisaumarinir yang tergantung di dinding. Beberapa saat kemudian, ke empat tubuh laki-laki yang tidak sadar itu dengan mudah aku eksekusi. Hanya pacarku yang aku ikat pada pilar ruang tengah berhadapan dengan tubuh temannya yang aku ikat di atas kursi makan. “splash ….. splash…… splash …..” dengan beberapa ayunan satu persatu kepala mereka terlepas mengelinding seperti bola di atas lantai dengan darah segar yang berceceran. Belum cukup sampai di situ, dengan beringas aku memotong daging yang selalu mereka bangga-banggakan satu persatu dan melemparkannya ke arah pacarku yang sejak tadi hanya merem melek melihat ngeri apa yang sedang aku lakukan tanpa bisa berteriak karena mulutnya sudah aku sumpal dengan celana dalamku. Aku menghampiri tubuh pacarku yang sudah mulai berontak untuk melepaskan diri. Namun pengaruh narkoba dan alkohol melemahkan kekuatannya. Tanganku meraba dengan lembut daging yang dia gunakan untuk merampas kehormatanku dan kudekatkan mulutku ke telinganya sambil berbisik, “ Sayang ….. sekarang giliranmu. “ ### Semenjak peristiwa hari itu, ketika beberapa teman laki-lakimu ikut menikmati lekuk-lekuk tubuhku seenaknya, aku sudah tak perduli lagi dengan hidupku. Cinta dan sayangku yang teramat dalam padamu berubah menjadi perasaan benci dan dendam. Berhari-hari aku mengurung diri dalam kamar hingga bisikan-bisikan itu yang membuatku menjadi berani seperti ini.Aku sudah membulatkan tekadku untuk mengakhiri hidupku dan tak akan pernah aku sesali. ###
127 Teguh
NB : Untuk membaca hasil karya event Cerita Mini Horor yang lain maka dipersilahkan berkunjung ke sini : Hasil Karya Cerita Mini Horor.
__________________________________________________
Bergabunglah di group FB : Fiksiana Community
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H