Bentrokan antara Hizbullah dan Zionis Israel yang meletus sejak genosida yang dilancarkan rezim Zionis Israel terhadap pejuang kemerdekaan Palestina dijalur Gaza dan tebing barat semakin sengit,dan aksi Hizbullah baru berhenti jika Zionis israel menghentikan genosidanya di jalur Gaza.Semakin lama eskalasinya bukannya mereda akan tetapi justru semakin meningkat yang mengkhawatirkan berbagai pihak karena bisa menimbulkan peperangan besar yang meluas secara regional.Kekhawatiran itu semakin meningkat menyusul terjadi serangan roket ke Majda As Syams Sabtu 27 Juli 2024 yang menewaskan 12 warga Zionis Israel di dataran tinggi Golan wilayah pendudukan Zionis Israel sejak tahun 1967 serta melukai lusinan lainnya.
Serangan roket tersebut menambah ketegangan antara Hizbullah dengan Zionis israel ,meskipun organisasi Hizbullah pimpinan Hasan Nasrallah dukungan Iran membantah terlibat dalam serangan itu.Menurut salah seorang pemimpin perjuangan pembebasan wilayah utara Zionis israel itu,bahwa serangan itu sebagai akibat dari senjata penemak rudal Iron Dom milik Zionis israel sendiri yang jatuh kewilayahnya sendiri.Beberapa kali senjata penembak rudal Iron Dom milik  Zionis Israel mengalami error ,bahkan senjata pencegat rudal beberapa kali bukannya menembak rudal yang memasuki wilayah Zionis Israsel tetapi senjata itu justru berbalik dan meledak diwilayah Zionis israel sendiri.
Namun demikian rezim Zionis Israel menuding bahwa roket itu buatan Iran berasal dari Hizbullah Libanon ,karenanya PM.Benyamin Netanyahu mengatakan bahwa Knesset (Parlemen Zionis Israel)sudah mengizinkannyaa untuk menanaggapi serangan tersebut.Dan PM.Benyamin Netanyahu menambahkan pula,bahwa Hizbullah akan membayar mahal .Bahkan sebelumnya Yav Galantz sesumbar hendak mengembalikan Libanon kezaman batu.Dalam konteks ini Anthony Blinken mengharapkan supaya eskalasi antara Zionis Israel dengan Hizbullah tidak meningkat,dan katanya Gedung Putih tidak akan membantu Tel Aviv jika terjadi perang habis-habisan melawan Hizbullah.Tetapi itu hanya sandiwara Gedung Putih belaka,karena Amerika Serikat(AS)pasti mendukung Zionis Israel dalam berbagai aspeknya.Namun Gedung Putih mengkhwatirkan kehancuran Tel Aviv karena tidak mampu menghadapi peperangan dari berbagai front sekaligus,karenanya negara adi daya itu menginginkan eskalasi tidak terus meningkat.
Kekhawatiran komunitas internasional termasuk sekutu utama Zionis Israel terhadap meningkatnya eskalasi itu bukannya tanpa alasan,karena Gedung Putih dan sekutunya mengkhawatirkan jika terjadi perang habis-habisan antara Zionis israel dengan Hizbullah bisa menyeret Iran ,Iraq,Suriah ,Yemen dan lain-lain  sehingga perang semakin meluas tidak terkendalikan.Terkait hal itu Mesir sebagai sekutu Zionis Israel sudah memperingatkan Zionis israel untuk tidak memperluas konflik tersebut.Kalau  akhirnya memang itu yang harus terjadi maka tidak bisa dibayangkan betapa tinggi  resiko harganya yang harus dibayar oleh kawasan Timur Tengah dan juga keseluruhan secara global.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H