Mohon tunggu...
Teuku Syuhada
Teuku Syuhada Mohon Tunggu... Desainer - Mahasiswa

Hobi saya suka nonton anime dan baca komik anime

Selanjutnya

Tutup

Diary

Bapak Pahlawaku

4 Juni 2024   00:53 Diperbarui: 4 Juni 2024   01:30 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Sesosok lelaki tangguh dan tegas yang dengan ikhlas menggerakkan seluruh tenaganya untuk kebahagiaan anaknya.
Berangkat di pagi hari, lalu di tengah teriknya matahari membanting tulang siang dan malam untuk sesuap nasi demi keluarganya. Ia mengajarkanku kebaikan, menjelaskanku tentang makna kehidupan, dan mendidikku dengan sungguh kasih sayang.

Bapak adalah sosok pahlawan yang tidak kenal lelah, tidak kenal capek, hujan, badai maupun panas ia lalui untuk mencari nafkah demi keluarganya. Walaupun terkadang Bapak cuek terhadapku akan tetapi di balik sikap cueknya tersebut tersimpan kelembutan yang begitu besar.

Bapak itu sangat istimewa, lebih istimewa dari apa pun di dunia ini. Hanya sosok Bapak yang menjadi panutan, Bapak tidak pernah mengeluh di depan keluarganya. Saat sakit pun ia masih terlihat tegar dan semangat walaupun sesungguhnya ia semuanya demi kebahagiaanku dan keluarga,Bapak  mengajarkanku untuk tak menyerah dalam melakukan sesuatu hal.

Saya sebagai seorang  anak mempunyai penyesalan yang sampai sekarang belum bisa ku maafkan diriku sendiri, ada suatu hari di mana saya mengobrol empat mata dengan bapak saya pada hari itu,  pada hari itu saya tidak tau kalau hari itu adalah hari terakhir saya mengobrol dan  menatap bapak saya tersebut, pada hari itu rasa berbeda dengan hari lain saya bersama denga bapak saya , ada rasa kalau bapak saya akan pergi jauh tak tau kemna ,  ketika bapak saya berangkat bangun dari tempat duduk saya dan bapak saya berbicara, saya melihat bapak saya pergi naikin Honda supra beliau, mau kekebun, saya lihat sampai jauh dari pandangan.bahwa bapak saya barusan menyenguk saya dari passantren dan sebelum bapak saya pergi dari tempat saya,saya sempat berbicara, bapak nantik malam kesini lagi ya, hadir acara israk mijrat, dan bapak jawab insyallah iya nak, dalan hati saya, mau kasih surprise bahwa saja nantik malam ada pengumuman saya mendapatkan juara kelas, juaran berpidato,juara cerdas cermat, pokok saya borong lah juara pada malam itu, karna di passantren saya itu, setiap malam perayaan islam gitu kami selalu di buat pengumunan juara di depan para -- para orang tua wali, dan pada malam itu bapak gak dapat hadir karna bapak saya sakit, kenapa saya bisa tau bapak saya sakit, ada sampai telepon dari salah satu guru saya di passantren, padahal guru saya sudah tau kalo bapak saya sudah meniggal sore hari pada jam 14.40, sengaja guru saya berkata ke saya bahwa bapak saya sakit supaya saya tetap mau maju menerima hadiah di malam itu, dan selesai acara itu baru saya di jemput oleh adik sepupu saya untuk pulang ke rumah, adik sepupu saya terceblos, dia bilang bapak sudah tidak ada, langsung saya terdiam, rasa saya seperti di tendang ke dalam tanah paling dalam, dan air mata saya terus mengalir tanpa saya sadari, dan hadiah, seperti piala, saya buang entah kemana , karna saya suatu itu gak lagi terpikir soal itu.

Ketika mau sampai ke rumah saya, sudah Nampak dari ke jauhan yaitu kertas merah,dan  ramai orang di rumah saya tersebut ada yang sedang pasang tenda, saya di atas Honda rasa saya bermimpi apakah bapak saya betul meninggal apakah, betul, dan saya turun dari Honda masuk ke dalam rumah seketika saya melihat bapak saya berbaring tampa nafas,dan di kerubungan dengan orang-orang sambil berbunyik suara ayat --ayat al quran, dan saya pada saat itu hanya bisa berdiri terdiam,tanpa perkata pun saya keluar dari mulut saya, hanya terdiam senyap saja,air mata terus mengalir bagaikan air ujan tanpa hendi terus berjatuhan.

Suatu bapak saya mau di sholatkan, ada suara berbunyik nak, jadilah imam sholat bapak kamu terakhir kalinya,dan lagi saya hanya bisa berdiam sambil air mata terus berjatuhan, itulah salah satu penyesalan yang tak bisa saya lupakan dan saya belum bisa bahagia kan bapak semassa hidupnya dan ketika saya hinggi banggakan bapak saya,bapak sudah duluan pergi, dan pada saat itu saya rasanya putus asa yang paling hebat rasa saya ingin nyusul juga bapak, saya sebenarnya tidak mau sambung kuliah, saya hanya ingin ngaji, dan ngaji dan cuman kirim doa buat bapak, selama dua tahun saya ganggur dari pendidikan.
Suatu hari saya termenung dan saya teringat kembali kata -- kata  bapak saya nak pendidikan itu penting jangan sampai kau putus sekolah ya, jangan pernah menyerah dalam suatu hal, tetap terus berjalan, jangan sampai behenti, capek boleh , berhenti yang jangan, itu pesan terakhir yang saya ingat dari bapak.

Saya menulis cerita pribadi, karna bukan untuk pamer, hanya untuk berbagi pengalaman dan jangan sampai teman -- teman yang baca seperti saya, selagi masik lengkap orang tau kali, masik ada bapak, maik ada ibu kalian, jang sia -- siakan mereka tersebut, buatlah bahagia mereka, belajar lah betul rahi prestasi yang buat bangga kedua orang tua kalian karna nya beda rasanya kalau sudah hilang salah satu mereka berdua.
Cinta ibu itu menenangkan, cinta bapak itu menguatkan. Hilang ibu,hilang kasih sayang.hilang bapak,hilang kehormatan. Keduanya saling melengkapi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun