Mohon tunggu...
Teuku Ramzy Farrazy
Teuku Ramzy Farrazy Mohon Tunggu... Researcher -

Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Nasional, UNDP Indonesia Communication Unit Intern, KSM UNAS, UNAS Promotion Team batch 8, Anggota BPM FISIP UNAS 2013-2014.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Ayo Minum Badak!

27 September 2015   01:43 Diperbarui: 27 September 2015   09:41 583
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Es Badak Siantar (dok. Pribadi)"][/caption]Eits. Jangan suudzon dulu, bukannya saya tidak mendukung pelestarian fauna khas Indonesia ini. Namun ternyata, badak juga bisa kita minum lho! 

Ya, Badak adalah merk minuman bersoda pertama yang asli Indonesia, dan juga dilahirkan di Indonesia. Pertama kali diproduksi pada tahun 1916 di Pematang Siantar, Sumatera Utara oleh Heinrich Surbeck di bawah bendera NV. Ijs Fabriek Siantar. Surbeck yang berasal dari Swiss, memilih logo badak karena beliau amat mencintai alam. Keberadaan es badak jauh lebih tua dibandingkan lahirnya teh botol Sosro serta lebih dahulu dibandingkan masuknya Coca Cola ke Hindia Belanda pada 1927.

Jujur, saya baru mengetahui adanya minuman ini pada hari Jumat, 25 September 2015 kemarin. Saya dan tiga orang teman saya berwisata kuliner ke daerah Glodok, Jakarta Barat. Kami singgah di restoran legendaris San Tong 68 dan memesan Kuo Tieh serta Siauw Mai. Hidangannya sangat lezat, sehingga ketika sedang menulis artikel ini, saya kembali mengidamkannya! Kalau kata anak zaman sekarang, saya sedang bm( banyak maunya)! 

Kenikmatan kuo tieh tersebut kemudian disempurnakan dengan meminum Es Badak. Thanks untuk teman saya kak Maria Christ Lievonne yang memperkenalkan minuman cantik ini. Es berasa sarsaparilla yang menurut saya, lebih enak dibandingkan rootbeer, sangat menggoyang tenggorokan ketika disajikan dingin.

Berdasarkan penelusuran online, saya baru mengetahui juga jika produksi es badak ini sudah berkurang drastis. Dari pernah mencapai 35.000 kerat per hari, kini sudah tinggal setengahnya saja. Es badak, bagi saya harus menjadi semacam ikon dari Indonesia. Sama seperti Teh Botol. Mungkin jika sebagian besar dari penikmat softdrink tanah air masih berkutat pada Coca Cola - Fanta - Mirinda - Seven Up - Sprite, tidak ada salahnya untuk mulai merasakan kesegaran soda asli Nusantara! 

Sungguh sebuah rekomendasi bagi kawan - kawan pembaca sekalian, manakala anda mengunjungi Glodok, cobalah menyinggahi Santong 68, karena tempat ini adalah satu dari segelintir rumah makan yang masih menyajikan es badak yang segar! Untuk rumah makan lain, bisa disebutkan dalam kolom komentar bagi pembaca yang mengetahui. Ataukah mungkin dijual di lapo - lapo terdekat? Saya juga dengan senang hati mengusulkan kepada sesama penikmat Badak, untuk merayakan 100 tahun es Badak asli Indonesia yang akan jatuh pada tahun depan.

Baiklah, saya rasa saya harus sering - sering main ke Glodok! Ayo minum Badak!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun