Mohon tunggu...
Teuku Parvinanda
Teuku Parvinanda Mohon Tunggu... Lainnya - Pemerhati kebijakan aneh nan menyimpang yang menyengsarakan rakyat

Nulis aja

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Fix You, Mr. President

24 Agustus 2024   10:49 Diperbarui: 24 Agustus 2024   11:37 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

When you try your best, but you don't succeed
When you get what you want, but not what you need
When you feel so tired, but you can't sleep
Stuck in reverse

Pembuka lagu "Fix You" dari lagu Coldplay tadi akan langsung membuat kita terhanyut dalam lirik dan irama yang akrab di telinga. Lirik demi lirik yang easy listening ternyata juga membawa makna mendalam. Bisa jadi salah satu hits Coldplay ini juga membuat kita tak bisa menahan diri untuk merenung. Lagu ini berbicara tentang harapan, perjuangan, dan keinginan untuk memperbaiki sesuatu yang rusak. Jika kita kaitkan dengan situasi politik Indonesia saat ini, terutama terkait dengan Presiden Jokowi dan isu dinasti politik, kita bisa menemukan banyak ironi dan sedikit humor.

Ketika Chris Martin menyanyikan, "When you try your best, but you don't succeed", apakah ini tak terasa begitu relevan dengan situasi Jokowi saat ini? Sejak munculnya topik dinasti politik,banyak yang mempertanyakan apakah Jokowi benar-benar sedang "mencoba yang terbaik" atau malah sedang memainkan strategi ala Machiavelli? Atau mungkin saja, Jokowi hanya ingin memastikan bahwa keluarga besarnya tidak "ketinggalan kereta" di dunia politik.

Rentetan peristiwa ajaib yang bersumber dari Jokowi terus terjadi, seolah menahbiskan Jokowi sebagai pembuat keajaiban. Mulai dari Gibran yang melesat dari wali kota hingga jadi wapres dengan pengalaman yang minim -Jokowi sendiri yang mengatakan di Sarinah, Jakarta 4 Mei 2023, yang "logis sajalah" katanya kala itu; berlanjut pada menantunya yang tak punya pengalaman politik dan birokrasi langsung berkesempatan menjadi Wali Kota Medan bahkan sekarang (belum 1 periode jadi wali kota) sudah melangkah menuju kursi Gubernur Sumatra Utara; tak ketinggalan anak bungsunya juga meroket jadi ketua umum partai politik dan ingin menyusul kakaknya menjadi sumber kemarahan rakyat dengan memaksakan revisi UU Pilkada demi syahwat maju sebagai cawagub Jawa Tengah. Kita harus bersyukur, kali ini kekuatan desakan rakyat lebih kuat. Jleb -when you try your best, but you don't succeed-.

Lalu, kita sampai pada bagian lirik "When you get what you want, but not what you need". Jokowi mungkin mendapatkan apa yang ia inginkan: stabilitas politik dan penerus yang loyal. Tapi apakah ini yang benar-benar dibutuhkan oleh Indonesia? Banyak pihak yang khawatir, apalagi melihat bagaimana isu dinasti politik dapat merusak prinsip meritokrasi dan memperkuat oligarki. Rakyat mungkin bertanya-tanya, apakah ini bagian dari agenda besar atau sekadar keinginan seorang ayah untuk melihat anaknya sukses di panggung politik?

Jokowi juga perlu bertanya, apakah ini benar yang ia butuhkan? Di sinilah kepatutan untuk refleksi diri. Yang berikut sekaligus menjadi nasihat dan pengingat bagi penulis yang tidak luput dari salah dan khilaf. "Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS. Al Baqarah: 216).

Selanjutnya kita masuk ke kalimat "Lights will guide you home, and ignite your bones, and I will try to fix you", mungkin menjadi pengingat bagi Jokowi untuk "memperbaiki" keadaan, terutama jika ia merasa bahwa warisan politiknya mulai ternoda oleh tuduhan nepotisme dan dinasti politik. Namun, di tengah upaya ini, bisa jadi ada tantangan besar yang membuatnya terus bertanya-tanya: apakah langkah ini benar-benar untuk "memperbaiki" Indonesia atau sekadar memperbaiki posisi keluarga?

Atau bisa jadi, rakyat Indonesia lah yang akan berperan sebagai lentera yang akan menuntun negara ini menuju perbaikan. Karena kolektif lebih dahsyat ketimbang individual. Sapu lidi akan lebih berfungsi ketimbang lidi yang hanya sebatang.

Terakhir, lirik "Tears stream down your face when you lose something you cannot replace" bisa menjadi refleksi bagi Jokowi di masa jabatan yang tersisa dua bulang lagi. Jika rakyat merasa dikecewakan oleh langkah-langkah politik yang mengarah pada dinasti, mungkin kepercayaan yang hilang tak bisa begitu saja diperbaiki. Namun, dalam imajinasi jenaka, mungkin Jokowi bisa bertanya kepada Chris Martin, "Bisa bantu fix trust rakyat?". Pertanyaan yang berat, mengingat rakyat sudah terus menerus merasakan telah dibohongi dan dibodohi. Tapi tak ada salahnya mencoba, setidaknya dengan berhenti memaksakan hal-hal yang tidak baik.

Dorongan untuk menulis artikel ini tidak hanya karena saya sekadar ingin mengaitkan lirik lagu dengan politik, tetapi juga mengajak kita untuk melihat kondisi saat ini dengan kacamata humor dan ironi. Suasana kebatinan rakyat saat ini terlihat dengan jelas. Tapi seperti biasa, kita tidak pernah bisa mengetahui suasana kebatinan Jokowi.

Di tengah perdebatan tentang dinasti politik, mungkin kita semua, seperti Chris Martin, berharap ada yang bisa "fix" situasi ini. Tetapi, seiring lirik yang terus mengalun, kita harus bertanya, apakah yang diperbaiki benar-benar untuk rakyat, atau sekadar memastikan lampu rumah politik Jokowi terus menyala terang?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun