Lhokseumawe merupakan suatu kota di Provinsi Aceh, Indonesia, di masa kejayaan zona industri dikenal sebagai kota petro dollar. Kota ini berada persis di tengah-tengah jalur timur Sumatra. Berada di antara Banda Aceh dan Medan, sehingga kota ini merupakan jalur vital distribusi dan perdagangan di Aceh. Pada pertengahan tahun 2024, jumlah penduduk kota Lhokseumawe sebanyak 197.336 jiwa dengan kepadatan 1.500 jiwa/km². Keberadaan kawasan ini tidak lepas dari kemunculan Kerajaan Samudera Pasai sekitar abad ke-13, kemudian kawasan ini menjadi bagian dari kedaulatan Kesultanan Aceh sejak tahun 1524.
Dalam dinamika masyarakat Kota Lhokseumawe, penerapan nilai atau pilar pembentuk karakter Kemalikussalehan dapat dicermati dari beberapa nilai atau pilar yaitu religius, akademis, transformatif, berwawasan global, serta cinta damai.
Religius
Nilai religius adalah nilai yang bersumber dari keyakinan ketuhanan yang ada pada diri seseorang. Dengan demikian nilai religius ialah sesuatu yang berguna dan dilakukan oleh manusia, berupa sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai pokok dalam religiusitas yang berakhlaqul karimah, yakni Semua tindakan masyarakat Kota Lhokseumawe berlandaskan Iman, Ilmu dan Ibadah harus ditanamkan dan dikembangkan dalam setiap kehidupan. Dalam implementasinya dapat diamati dari aktivitas religius, seperti membudayanya komunitas shalat subuh berjama’ah, misalnya Syiar Muhibbah Subuh (SMS) dan dibarengi dengan mengumpulkan Sedekah Membangun Istana di syurga (SMI), Program ini mengumpulkan sedekah untuk membangun atau merenovasi rumah orang miskin atau dhu’afa. Terdapat juga Gerakan Pemuda Subuh (GPS), yang melaksanakan aktifitasnya secara bergiliran di sejumlah masjid di Lhokseumawe, kemudian Gerakan Subuh Jum’at Berkah (GSJB) di Masjid Agung Islamic Centre Kota Lhokseumawe.
Akademis
Budaya akademik (academic culture) dapat dipahami sebagai suatu totalitas dari kehidupan dan kegiatan akademik yang dihayati, dimaknai dan diamalkan oleh warga masyarakat akademik di suatu lembaga pendidikan. Kesadaran pengembangan budaya akademik tersebut, terwujud dari dibentuknya berbagai lembaga pendidikan, baik yang bersifat umum maupun agama, dari tingkat dasar hingga pendidikan tinggi. Misalnya terdapat Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) atau Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) dan Sekolah Dasar Kuttab. Pada level menengah terdapat Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN), Tsanawiyah Wustha, Ma’had Ta’limul Qur’an (Mataqu), Dayah Modern Arun (Damora), Dayah Ulumuddin, Dayah Misbahul Ulum. Pada level pendidikan tinggi terdapat Universitas Malikussaleh (Unimal), Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Lhokseumawe, Politeknik Negeri Lhokseumawe (PNL), serta beberapa perguruan tinggi swasta lainnya.
Transformatif
Samudra Pasai yang menjadi pusat tamaddun Islam di Asia Tenggara merupakan pula kerajaan pertama, yang berikhtiar mengaktualisasikan perintah Allah dalam al-Qur’an dengan mempergunakan ungkapan al-Sultan al-‘Adil dalam mata uangnya yang terbuat dari emas yang dinamakan dirham. Semangat transformatif tersebut dalam masyarakat Kota Lhokseumawe dapat diamati dari berkembangnya lembaga keuangan dan perbankan berbasis Syariah lokal.
Berwawasan Global
Sultan Malikussaleh merupakan seorang raja yang terbuka dan berwawasan global. Proses globalisasi merupakan tolok ukur keberhasilan perekonomian suatu bangsa. Perkembangan global saat ini senantiasa menuntut masyarakat Kota Lhokseumawe untuk terlibat dalam berbagai isu lokal, regional, nasional dan internasional, dengan pola pikir dan bertindak think globally and act locally. Belajar dari berbagai aspek dan sepanjang hayat adalah tuntutan eksistensial yang harus terus menerus dilakukan dan itu merupakan tugas dan kewajiban sepanjang hayat (long life education). Melalui media online berinteraksi secara nasional dan internasional di bidang ekonomi, politik, Pendidikan, Kesehatan, serta teknologi.
Cinta Damai