Bireuen – Kabupaten Bireuen bersama USAID PRIORITAS memulai tahapan penyusunan Grand Design Pendidikan Inklusi di Matang Raya Bireuen pada 25-26 Agustus 2015. Sebanyak 70 orang peserta dari unsur dinas pendidikan, DPRK komisi pendidikan, MPD, Bappeda, BPM, pemerhati pendidikan, organisasi masyarakat dan 22 sekolah yang menjadi sekolah percontohan untuk pendidikan inklusi di Kabupaten tersebut turut terlibat dalam kegiatan ini.
Pendidikan inklusi merupakan pendekatan yang berusaha mentransformasi sistem pendidikan dengan meniadakan hambatan-hambatan yang dapat menghalangi setiap siswa untuk berpartisipasi penuh dalam pendidikan. Dengan pendidikan inklusi, anak berkebutuhan khusus dididik bersama-sama anak lainnya (normal) untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Bireuen, Nasrul Yuliansyah menjelaskan para peserta akan menyusun program dan kegiatan pendidikan inklusi hingga jangka panjang sebagai pedoman bersama dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi, “Selama dua hari ini kita akan menyusun program dan rencana kegiatan jangka pendek, menengah dan panjang pelaksanaan pendidikan inklusi ini,” jelas Nasrul. “Secara bersama kita juga akan menyusun pendanaan kegiatan dan jadwal pelaksanaan kegiatan selama empat tahun ke depan,” lanjut dia. Para peserta diharapkan akan membangun komitmen, kemitraan, dan melakukan sosialisasi pendidikan inklusi secara lebih luas terutama oleh Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S) sekolah inklusi, serta kelompok kerja Guru Bimbingan Khusus.
Spesialis gender dan pendidikan inklusi USAID PRIORITAS, Wiwit Arianti pada kesempatan yang sama berharap dengan penyusunan grand design ini maka akan lebih mudah dalam pelaksanaan inklusi di sekolah-sekolah, “Dengan disusunnya grand design ini maka akan mempermudah pelaksanaan pendidikan inklusi di sekolah umum,” kata Wiwit. “Hal ini dimaksud supaya setiap Anak Berkebutuhan Khusus mendapat pelayanan pendidikan yang sama dengan anak didik yang lainnya,” harapnya. Grand design tersebut nantinya akan menjadi pedoman bagi kelompok kerja (Pokja) pendidikan inklusi di Kabupaten Bireuen untuk dapat memantau dan mengevaluasi setiap kegiatan yang dilaksanakan tanpa adanya diskriminasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H