Mohon tunggu...
Teuku Muhammad Arief
Teuku Muhammad Arief Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya Teuku Mahasiswa dari Universitas Muhammadiyah Jakarta, Jurusan Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Refleksi Peristiwa G30S/PKI Melalui Lensa Teori Konflik Karl Max

7 Juli 2024   23:20 Diperbarui: 7 Juli 2024   23:45 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Namun, peristiwa G30S PKI juga menunjukkan batasan dari teori Marx. Kegagalan kudeta dan penumpasan yang terjadi setelahnya membuktikan bahwa hasil konflik tidak selalu dapat diprediksi dan tidak selalu menguntungkan kelompok yang mengklaim mewakili kaum tertindas.

Museum Jenderal Besar Dr. Abdul Haris Nasution, dengan koleksi dan tata pamerannya, menjadi medium yang kuat untuk merefleksikan peristiwa G30S PKI dalam konteks teori konflik. Setiap ruangan, dari Ruang Tamu hingga Paviliun Lettu Czi Pierre Tendean, menceritakan berbagai aspek konflik yang terjadi - mulai dari pertentangan ideologi, kekerasan fisik, hingga dampak tragis terhadap individu dan keluarga.

Memahami G30S PKI melalui lensa teori konflik Marx membantu kita melihat peristiwa ini tidak hanya sebagai tragedi nasional, tetapi juga sebagai pelajaran berharga tentang bahaya polarisasi ideologi yang ekstrem. Ini mengingatkan kita akan pentingnya dialog, kompromi, dan penghargaan terhadap perbedaan dalam membangun bangsa yang demokratis dan berkeadilan.

Sebagai generasi penerus bangsa, kita ditantang untuk belajar dari sejarah kelam ini. Museum ini bukan sekadar tempat menyimpan artefak masa lalu, tapi juga ruang refleksi untuk membangun masa depan yang lebih baik. Dengan memahami akar konflik dan dampaknya, kita diharapkan dapat mencegah terulangnya tragedi serupa di masa mendatang.

Peristiwa G30S PKI, sebagaimana tercermin dalam koleksi Museum Jenderal Besar Dr. Abdul Haris Nasution, mengingatkan kita bahwa konflik ideologi dapat membawa malapetaka jika tidak dikelola dengan bijak. Namun, dari tragedi ini pula kita belajar tentang resiliensi bangsa Indonesia dalam menghadapi guncangan dan membangun kembali persatuan.

Akhirnya, museum ini berdiri bukan hanya sebagai monumen sejarah, tapi juga sebagai peringatan abadi. Peringatan bahwa konflik ideologi, sebagaimana diuraikan Marx, memang tak terhindarkan dalam dinamika sosial. Namun, cara kita merespons dan mengelola konflik itulah yang akan menentukan arah perjalanan bangsa di masa depan.

Kesimpulan:

Peristiwa G30S PKI adalah sebuah tragedi yang membawa dampak besar pada sejarah dan masyarakat Indonesia. Dengan menggunakan teori konflik Karl Marx, kita dapat memahami peristiwa ini sebagai manifestasi dari ketegangan kelas dan pertentangan ideologi antara kelompok yang berkuasa dan yang tertindas. Teori ini membantu kita melihat bahwa di balik setiap konflik besar, terdapat perjuangan untuk kekuasaan dan perubahan sosial yang lebih adil. Dalam hal ini, G30S PKI adalah contoh nyata bagaimana pertentangan ideologis dapat memicu konflik besar dan membawa perubahan drastis dalam struktur sosial dan politik sebuah negara.

Dengan demikian, menganalisis peristiwa G30S PKI melalui lensa teori konflik Karl Marx tidak hanya memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang dinamika konflik yang terjadi, tetapi juga memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya keadilan sosial dan distribusi kekuasaan yang merata dalam menjaga stabilitas dan perdamaian suatu negara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun