Mohon tunggu...
Teuku Amnar Saputra
Teuku Amnar Saputra Mohon Tunggu... Human Resources - Guru BK dan DLB

Menulis untuk bahagia dan mencoba bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Storytelling, Sebuah Seni Menghidupkan Cerita dan Suasana

6 Januari 2025   17:55 Diperbarui: 6 Januari 2025   16:50 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh Tumisu dari Pixabay

Storytelling, atau seni bercerita, lebih dari sekadar menyampaikan rangkaian kata-kata. Ia adalah cara manusia berkomunikasi dan berbagi pengalaman, ide, atau pelajaran melalui cerita. Dari zaman dahulu, ketika nenek moyang kita duduk di sekitar api unggun, hingga era modern dengan film, podcast, dan buku, storytelling selalu menjadi bagian penting dari kehidupan manusia.

Apa yang membuat storytelling begitu istimewa? Pertama, cerita memiliki kemampuan untuk menciptakan koneksi emosional. Saat mendengar cerita tentang perjuangan seseorang, kita tidak hanya memahami cerita itu, tetapi juga merasakannya. Kita bisa ikut bahagia ketika sang tokoh mencapai mimpinya atau merasakan kesedihan saat ia mengalami kegagalan. Hubungan emosional inilah yang membuat cerita lebih mudah diingat dan lebih berdampak.

Kedua, storytelling membawa pesan atau pelajaran dengan cara yang tidak menggurui. Sebagai contoh, seorang anak mungkin sulit memahami pentingnya kerja sama jika hanya diberi nasihat. Namun, jika anak itu mendengar cerita tentang sekelompok hewan yang bersatu untuk mengalahkan ancaman, ia akan lebih mudah menangkap inti pesan tersebut. Melalui cerita, pesan tersampaikan secara alami, tanpa tekanan.

Ketiga, storytelling memicu imajinasi. Saat mendengar cerita, pikiran kita otomatis menciptakan gambar-gambar di kepala. Misalnya, ketika mendengar tentang sebuah kastil tua di atas bukit, kita langsung membayangkan bangunan besar dengan menara menjulang, dihiasi jendela berdebu, dan angin yang menderu di sekitarnya. Imajinasi ini membuat cerita terasa hidup, seolah-olah kita sendiri yang berada di dalamnya.

Namun, storytelling bukan hanya alat untuk hiburan. Dalam dunia pendidikan, storytelling membantu anak-anak memahami konsep sulit dengan cara yang sederhana dan menarik. Dalam terapi, cerita digunakan untuk membantu seseorang menghadapi trauma atau menemukan makna baru dalam hidup mereka. Bahkan dalam bisnis, storytelling membantu perusahaan membangun merek dan menjalin hubungan emosional dengan pelanggan.

Seperti halnya seni lainnya, storytelling membutuhkan keahlian. Seorang pencerita yang baik tahu bagaimana membuat pendengarnya terhubung. Ia memilih kata-kata dengan hati-hati, mengatur ritme cerita, dan menggunakan intonasi suara yang pas untuk menggambarkan emosi. Gestur dan ekspresi wajah sering kali menambah keajaiban dalam cerita, membuat audiens merasa benar-benar ada di sana.

Storytelling adalah seni yang tidak lekang oleh waktu. Ia membawa kita menjelajahi dunia lain, mengenal karakter yang beragam, dan mempelajari pelajaran hidup tanpa terasa dipaksa. Dalam setiap cerita, ada jembatan yang menghubungkan hati pencerita dan pendengarnya. Dan di situlah letak keajaiban storytelling, seni yang terus hidup di setiap kata yang terucap dan setiap imajinasi yang terbangun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun