Mohon tunggu...
teuku.muhammad nurdin
teuku.muhammad nurdin Mohon Tunggu... -

Sebagai guru sejarah yang suka membaca dan menulis apa saja yang berguna bagi semua.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Catatan Seorang Guru: Ketika Pendidikan Hanya Setipis LKS

20 September 2011   20:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:47 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai seorang guru di sebuah SMA ,saya sangat prihatin mengamati kondisional pendidikan di negara kesatuan Republik  Indonesia (NKRI)sekarang ini.Betapa tidak,nyaris setiap hari ada saja terjadi tawuran dari berbagai jenjang pendidikan mulai dari pendidikan tingkat lanjutan pertama sampai perguruan tinggi.Fenomena apa sesungguhnya sedang terjadi di kancah dunia pendidikan Indonesia ini,kelihatannya ada yang salah dalam sistem pendidikan kita,yang hanya mengarah kepada penciptaan manusia-manusia robot yang pntar dan cerdas tetapi tanpa memperdulikan dan mengamalkan nilai-nilai sosial dan norma-norma sosial  yang ada dalam masyarakat.

Menurut pengalaman yang saya rasakan dilapangan memang terdapat pergeseran nilai dan norma-norma sosial mulai dari jajaran teratas sampai keakar rumput dunia pendidikan di Indonesia ini,yang terasa meskipun tidak teraba karena proses ketimpanganb tersebut terjadi secara sistematis dan berjama'ah.Mulai dari atas sebagai pembuat kebijakan pendidikan ,terutama proses pembuatan kurikulumnya saja yang kurang serasi dengan apa yang bisa dilaksanakan di berbagai lembaga pendidikan.

Kandungan kurikulum pendidikannya kurang mengutamakan pendidikan agama ,yang hanya dua jam pelajaran dalam seminggu.Sehingga pendidikan agama yang seharusnya menjadi acuan bagi belasan mata pelajaran lainnya menjadi tersamar oleh jejelan mata pelajaran yang lain.Akibatnya rombongan belajar memang  pintar cerdas bisa mendapatkan medali emas di berbagai kejuaraan,tetapi miskin pengetahuan agama apalagi pengmalannya.

Sementara bagi guru yang bukan rahasia lagi kebanyakannya  proses perekruitannya melalui KKN  dan semacamnya,sehingga bagi guru-guru yang memang lebih profesional dalam bidangnya tersingkir karena idealisnya tersebut.Memang sekarang bagi para guru sudah dilakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kwalitasnya,seperti serfikasi dan akreditasi bagi berbagai lembaga pendidikan formal namun hal itu hanya lebih bersifat administratif belaka.Kurang menyentuh prinsip-prinsip dasar pendidikan itu sendiri,apalagi proses sertifikasi dan akreditasi juga acapkali berupa copy paste belaka.

Sementara bagi kepala sekolahpun,meskipun terdapat semacam pelatihan yang sifatnya juga administratif belaka bukan pelatihan sifat -sifat kepemimpinan yang memang sekarang bisa dikatakan langka . Guru atau dosen sekarangpun relatif malas membaca ,menulis apalagi mengadakan sesuatu penelitian karena kekuarangan dana untuk itu.Karenanya gurupun kurang wawasannya kedepan,sehingga tidak ada sama sekali inovasi-inovasi baru selain mencari tambahan diluaran karena penghasilan selalu merasa kurang.

Perpustakaan sekolah jarang dikunjungi oleh rombongan belajar,apalagi sebagian sekolah memang belum memiliki perpustakaan yang memadai .Sebagai buku pegangan bagi guru dalam proses belajar mengajarnya hanya LKS ,yang memang belum bisa di andalkan..Sedangkan masalah kewibawaan dari berbagai kalangan sekarang memang sangat memprihatinkan kita semua,termasuk guru jauh berbbeda dengan para guru dan peserta didik pada masa-masa beberapa dasawarsa lalu ,terutama  sekitar tahun 1960-dan 1970-an .

Bukan hanya guru dan rombongan belajar yang sudah tergurus kewibaannya ,tetapi juga keluarga dan masyarakat sebagai komponen-komponen penting bagi suksesnya proses pembelajaran  di sekolah.Peserta didik di lingkungan sekolah hanya beberapa jam saja, yang selama itulah guru bisa mengawasi para peserta didiknya.Ketika mereka berada  di luar bersama keluarganya dan lingkungan masyarakatnya  guru tidak bisa berbuat apa-apa,sementara keluarganya kurang bisa memantau anggota keluarganya karena sibuk dengan urusannya masing-masing.Apalagi untuk membimbing mereka,kadangkala bertemu saja dengan anaknya itu rasanya sulit sekali.

Konsekuwensinya,mereka bebas berinteraksi dengan lingkungan masyarakatnya yang juga sudah bergeser nilai-nilai dan norma-norma sosialnya .Selain itu fungsi pengendalian sosial yang justeru dilakukan masyarakat sudah mandeg,jikapun masih berfungsipun relatif  sedikit dampaknya.Budaya permisif dari orang tua dan masyarakat tersebut menyebabkan para peserta didik yang hanya beberapa jama saja di sekolah,bisa melakukan apaun di luar tanpa bisa dikontrol dan dikendalikan selain oleh lembaga-lemabaga pengendalian sosial yang ada di masyarakat.

Dalam konteks  inilah sebagian peserta didik dalam proses mencari jati dirinya,serikali  bergabung dengan komunitas -komunitas tertentu yang bisa saja dapat meresahkan masyarakat sebagaimana terjadi di kota Bandung beberapa waktu yang lalu,bahwa sebagian peserta didik terlibat dalam aktifitas-aktifas negatif seperti Gang Motor dan semacamnya.Dan sekarangpun terdapat diantaranya sudah terindikasi terlibat dalam Gang Motor (Mondraker,Ektasi,dll)tersebut,meskipun organisasi kriminal itu sudah di bubarkan tahun lalu. Tetapi mengapa sekarang kelihatannya muncul kembali  ?

Sebagi guru mengharapkan upaya-upaya maksimal dan segera diambil tindakan tegas kepada mereka yang terlibat tawuran-tawuran tersebut,terutama para kordinatornya yang kelihatannya mereka mempunyai program terselubung untuk menghancurkan generasi muda kita.Akan tetapi bagi mereka yang hanya ikutan-ikutan perlu suatu pendekatan persuasif seiring suatu proses pembinaan khusus dalam lembaga pendidkan khusus pula untuk mencegah terkontaminasi bagi para peserta didik yang lainnya.Dan yang lebih penting  adalah pemerintah perlu mengambil langkah-langkah terpadu bersama pemuka agama,tokoh masyarakat,aparat keamanan ,serta lembaga terkait lainnya untuk mengatasi berbagai masalah tersebut.Sementara bagi pengabil kebijakan dalam dunia pendidikan,juga perlu merevisi kurikulum pendidikan supaya lebih bermuatan agamis dari kurikulum yang sudah ada itu.Ataupun pemerintah bisa meniru sistem pendidikan yang ada di pasantren-pesantren tersebut,yang tampaknya jauh lebih baik sistem pendidikan formal yang ada sekarang ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun