Mohon tunggu...
tety hartanti
tety hartanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menonton film

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Mengatasi Dampak Makanan Cepat Saji pada Remaja dengan Edukasi dan Kebijakan

9 Desember 2024   14:05 Diperbarui: 9 Desember 2024   14:11 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://hellosehat.com/nutrisi/fakta-gizi/makanan-cepat-saji/

Konsumsi makanan cepat saji semakin menjadi fenomena yang mengkhawatirkan di kalangan remaja, khususnya di Indonesia. Gaya hidup modern yang serba cepat, ditambah dengan akses yang mudah terhadap makanan cepat saji, berkontribusi pada meningkatnya risiko kesehatan, seperti obesitas, diabetes, dan penyakit jantung. Berdasarkan laporan dari Teewan Journal (2024), pola makan yang tidak sehat ini juga terkait dengan penurunan kualitas hidup jangka panjang. Perlu ditekankan pentingnya pendekatan yang sistematis, mencakup edukasi, regulasi pemerintah, dan dukungan dari keluarga, untuk mengurangi dampak negatif makanan cepat saji pada remaja.

Data terbaru menunjukkan bahwa prevalensi obesitas di kalangan remaja di Indonesia mencapai 13,8% pada tahun 2024, meningkat dari 10,8% pada tahun 2018 (Riskesdas, 2024). Salah satu penyebab utama fenomena ini adalah tingginya konsumsi makanan cepat saji yang kaya kalori, lemak jenuh, dan gula. Teewan Journal (2024) mencatat bahwa remaja yang mengonsumsi makanan cepat saji lebih dari tiga kali seminggu memiliki risiko dua kali lipat untuk mengalami obesitas. Sebagai ilustrasi, satu porsi burger dan kentang goreng mengandung antara 800 hingga 1. 000 kalori, yang setara dengan setengah dari kebutuhan kalori harian seorang remaja. Ditambah lagi, kadar natrium yang tinggi dalam makanan ini dapat memicu hipertensi pada usia dini. Oleh karena itu, langkah konkret perlu diambil untuk membatasi konsumsi makanan cepat saji di kalangan remaja.

Intervensi pemerintah dalam bentuk kebijakan bisa menjadi solusi yang efektif. Contohnya, Meksiko telah menerapkan pajak tinggi terhadap minuman berpemanis dan makanan cepat saji, yang berhasil mengurangi konsumsi di kalangan masyarakat muda hingga 10% (WHO, 2023). Indonesia dapat mengadopsi kebijakan serupa untuk menekan tingkat konsumsi makanan cepat saji. Selain itu, regulasi yang lebih ketat terhadap iklan makanan tidak sehat juga sangat diperlukan. Sebuah studi oleh UNICEF (2024) menunjukkan bahwa 70% remaja di Indonesia terpapar iklan makanan cepat saji melalui media sosial, yang berdampak negatif pada pola makan mereka.

Di samping itu, peran keluarga sangat berpengaruh dalam membentuk kebiasaan makan yang sehat. Penelitian dari Universitas Gadjah Mada (2024) menunjukkan bahwa remaja yang lebih sering makan bersama keluarga cenderung memiliki pola makan yang lebih sehat dibandingkan mereka yang makan sendiri. Orang tua dapat menjadi teladan dengan menyediakan makanan bergizi di rumah dan mengurangi frekuensi pembelian makanan cepat saji. Edukasi tentang pentingnya asupan makanan yang sehat melalui program-program sekolah juga merupakan langkah strategis untuk mengurangi konsumsi makanan tidak sehat di kalangan remaja.

Secara keseluruhan, konsumsi makanan cepat saji di kalangan remaja dapat berdampak serius pada kesehatan, termasuk risiko obesitas dan penyakit kronis. Untuk menangani isu ini, dibutuhkan pendekatan holistik yang mencakup intervensi kebijakan, pengawasan terhadap iklan, serta keterlibatan aktif keluarga dalam menyediakan pilihan makanan sehat. Edukasi yang terus-menerus juga penting agar remaja semakin sadar akan pentingnya pola makan yang seimbang. Dengan langkah-langkah ini, kita harapkan dapat menciptakan generasi muda yang lebih sehat dan produktif.

Daftar Pustaka

Andriani N, Nurdin A, Fitria U, Dinen KA. Perilaku Konsumsi Makanan Cepat Saji pada Remaja dan Dampaknya bagi Kesehatan. Public Health Journal. 2024 Aug 5;1(2).

Riskesdas. Data Prevalensi Obesitas Remaja di Indonesia. 2024.

UNICEF. Studi Dampak Iklan Makanan Cepat Saji terhadap Remaja. 2024.

Universitas Gadjah Mada. Pengaruh Kebiasaan Makan Keluarga terhadap Pola Konsumsi Remaja. 2024.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun