Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - hanya ibu rumah tangga biasa

Hobby sederhana: membaca, menulis, memasak, travelling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kajian Alumni Smansa Depok: Ingin Hidup Tenang dan Bahagia? Begini Tausyiah Ustadz Hilman Fauzi

27 Januari 2025   17:55 Diperbarui: 27 Januari 2025   17:55 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hidup di dunia ini penuh dengan tantangan, ujian, dan cobaan yang kadang membuat hati kita gelisah, kecewa, atau bahkan putus asa. Seringkali manusia merasa hidupnya tidak bahagia, padahal Allah sudah memberikan nikmat begitu banyak kepadanya.

Harus diingat, hidup bahagia berasal dari hati yang tenang dan bersih. Dengan memiliki hati yang bersih dapat meraih kebahagiaan di dunia hingga kelak di akhirat.

Terkadang kita mengukur sesuatu dengan apa yang dilihat, bukan dengan yang kita rasakan. Kita selalu melihat orang kaya pasti hidupnya bahagia. Padahal belum tentu. Sebaliknya kita melihat orang miskin pasti hidupnya tidak bahagia. Belum tentu juga.

Kebahagiaan itu tidak melihat apakah dia orang kaya atau bukan. Selama hatinya tenang, selama itu kebahagiaan itu selalu ada.

Begitu tausyiah Ustadz Hilman Fauzi S.E, M.Esy dalam kajian bertajuk "Menghindari Kebiasaan Lama, Membangun Kebiasaan Baru: Menata Hati untuk Masa Depan Baru", di hadapan alumni SMA Negeri 1 Depok, Sabtu 25 Januari 2025, di Balairung Budi Utomo, Hotel Bumi Wiyata Depok, Jawa Barat.

Banyak di antara kita yang belum sepakat mengerti arti bahagia. Semua orang ingin hidupnya lebih baik. Semua orang ingin hidupnya lebih bahagia. Tapi, apa arti kebahagiaan itu? Apa yang bisa membuat kita bahagia?

Apakah kebahagiaan itu hanya dinikmati oleh orang kaya? Adakah orang kaya yang galau? Adakah orang kaya yang hatinya tidak tenang? Adakah orang miskin yang frustasi? Adakah orang miskin yang gelisah? Tentu saja jawabannya ada. Pertanyaan, lebih banyak orang kaya atau orang miskin?

"Berarti bisa kita simpulkan kaya miskin tidak menjamin kebahagiaan. Maka ada rumus, dikayakan belum tentu dimuliakan. Dimiskinkan belum tentu dihinakan. Ayo pilih, kaya gelisah atau miskin tenang?" ucapnya.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Ustadz menegaskan jika kaya itu kita yang mengusahakan. Tenang itu, Allah yang berikan. Namun, kaya saja tidak cukup, yang paling mahal dalam hidup kita adalah tenang. Jika kita hanya mengejar kayanya tapi lupa dengan Allah, maka siap-siap saja kecewa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun