Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - hanya ibu rumah tangga biasa

Hobby sederhana: membaca, menulis, memasak, travelling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sebenar-Benar Syukur, Tidak Ada Takdir yang Buruk!

18 September 2024   22:52 Diperbarui: 18 September 2024   23:36 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jamaah Masjid Al Ihsan Permata Depok (dokumen pribadi)

Tidak ada takdir yang buruk! Begitu penegasan Ustadz Anwar Nasihin, Lc saat memberikan tausyiah dalam Kajian Islam Subuh Ahad (KISAH) bertajuk "Sebenar-benar Syukur" di Masjid Al Ihsan Permata Depok, Pondok Jaya, Cipayung, Minggu 15 September 2024.

Semua takdir, apakah itu baik atau buruk dalam pandangan kita sebagai manusia, mengandung hikmah dan pembelajaran. Ketetapan takdir itu ada karena rahmat dan hikmah.

Manusialah yang menilai bahwa takdir itu kejam. Ketika manusia mendapatkan musibah, misalnya, dia menganggapnya itu sebagai takdir buruk, padahal belum tentu demikian.

"Ketika mendapatkan kesuksesan kita bilangnya itu takdir baik. Ketika mendapat musibah, kita bilangnya itu takdir buruk. Padahal belum tentu demikian. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 216)

Ustadz lalu memberikan contoh. Ada tukang ojek kena musibah. Ia tersenggol truk. Tulang kakinya patah karena ia terjatuh ke bawah jembatan. Ia meringis mengaduh. Berjam-jam lamanya ia menangis mengerang. Tidak ada yang mendengar dan menolongnya. Baginya, musibah ini adalah takdir buruk.

Tidak lama, rintihannya pun terdengar oleh seseorang yang melintas. Orang itu lantas mengevakuasi tukang ojek itu yang masih meringis. Setelah orang itu tahu, maka ia membawanya ke RS khusus patah tulang. Semua biaya ditanggung olehnya.

"Apakah ini takdir buruk? Bayangkan dia dibawa ke rumah sakit khusus patah tulang yang biayanya mahal, tapi ditanggung oleh orang yang menolongnya. Mendapati situasi seperti ini, reaksi kita bagaimana? Terhibur nggak?" tutur Ustadz dalam kajian yang disampaikan usai salat subuh berjamaah.

Tapi wajah si bapak masih murung. Lalu ditanya mengapa murung? Patah tulangnya ditangani di RS khusus, biaya ditanggung, masa pemulihan lebih cepat, mengapa terlihat tidak senang? Orang itu menjawab, motornya rusak parah bagaimana ia yang ojol bisa mencari uang?

"Sudah, Bapak nggak usah sedih. Nanti kalau sudah sembuh, ganti jangan roda dua, tapi roda empat. Ganti jadi pengemudi taksi online. Mobilnya nanti saya beliin. Jadi Bapak bisa cari duit lagi. Bagaimana reaksi kita mendengar itu? Rasa sakit pastinya hilang ya. Kita terhibur," ucap Ustadz.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun