Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - hanya ibu rumah tangga biasa

Hobby sederhana: membaca, menulis, memasak, travelling

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Kuliah Umum Manajemen Kematian, dari Takut Menjadi Berani Memuliakan Jenazah Keluarga Sendiri

24 Juni 2024   19:37 Diperbarui: 25 Juni 2024   04:51 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menutupi aurat jenazah saat akan dimandikan (Dokumen pribadi)

 "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan." (QS Ali Imran: 185)

                                      ***

Masjid Al Ihsan Permata Depok, Pondok Jaya, Cipayung, beberapa hari lalu mengadakan kuliah umum Manajemen Kematian bertema "Mengubah Mindset Kita dari Takut Menjadi Berani Memuliakan Jenazah Keluarga Sendiri". Flyer kegiatan ini sudah share di group-group WA beberapa hari sebelumnya.

Mungkin karena kapasitas ruangan yang terbatas, peserta pun dibatasi. Materinya sangat menarik. Jadi, tanpa berpikir panjang lagi, saya pun mendaftar. Bagi saya, materi ini adalah ilmu yang sangat bermanfaat. Bisa menjadi bekal buat saya pribadi yang insyaallah dapat saya amalkan di kemudian hari.

Bagaimanapun pengurusan jenazah adalah hal yang penting diketahui oleh masyarakat. Bagi umat Islam, penting mengetahui dan memahami tata cara pengurusan jenazah yang sesuai dengan syariat Islam yaitu sesuai Alquran dan sunnah Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam.

Baca juga: Dauroh Janaiz, Begini Tatacara Pengurusan Jenazah

"Belajar bagaimana memuliakan jenazah, sebetulnya sangat mudah. Ikuti Kuliah Umum Manajemen Kematian dengan waktu durasi 4-5 jam. Setelah mengikuti kuliah ini, akan terbangun mindset. Dari takut menjadi berani memuliakan jenazah keluarga sendiri khususnya dan berani juga memuliakan jenazah orang lain," tutur pemateri Ustadz Dr. (HC) Rusmanto Hy, S.Pd. I.

Ia adalah Ketua KPJ (Komunitas Peduli Jenazah) Institute, Masjid Raya Pondok Indah, Jakarta Selatan. Ia juga Pembina IPPJI (Ikatan Persaudaraan Pemulia Jenazah Indonesia). Ia tidak sendiri, tetapi membawa tim-nya yang semuanya relawan dan telah ikut pelatihan manajemen kematian.

Dikatakan, selama ini, umumnya masyarakat menyerahkan pengurusan jenazah kepada amil jenazah. Pihak yang dianggap paling paham untuk mengurusi jenazah. Kita, sebagai masyarakat banyak yang tidak memahaminya.

Mempersiapkan ukuran kain kafan. Talinya bisa diambil dari kain kafan selebar 2 cm (dokumen pribadi)
Mempersiapkan ukuran kain kafan. Talinya bisa diambil dari kain kafan selebar 2 cm (dokumen pribadi)

Kurangnya bekal ilmu menjadi salah satu penyebab kondisi tersebut terjadi. Karena itu, masyarakat dianjurkan untuk mengikuti pembekalan ini. Setidaknya bisa dipraktikkan jika ada anggota keluarga yang meninggal.

Kuliah umum ini mengupas beberapa materi. Yaitu manajemen kematian; manajemen saat sakit; manajemen saat sakratul maut; manajemen saat terjadi kematian; manajemen pemuliaan jenazah; memandikan, mengkafani, menshalatkan; menguburkan dan simulasi memandikan jenazah.

Ustadz menyampaikan, dalam Islam, pengurusan jenazah hukumnya fardhu kifayah. Itu artinya wajib dilakukan. Namun, jika sudah dikerjakan oleh muslim lain maka kewajiban ini gugur. Jika tidak ada yang menjalankannya, maka orang-orang di sekitar berdosa semua.

Semakin banyak penyelenggara pengurusan jenazah, semakin baik. Menandakan jenazah bersangkutan memiliki kerabat dan silaturrahmi yang baik.

Sementara yang datang bertakziah atau menghadiri kematian juga akan memperoleh pahala. Karena itu, masyarakat tidak perlu takut ikut dalam keterlibatan pengurusan jenazah.

Ustadz menyampaikan sejatinya kewajiban pengurusan jenazah utamanya terletak pada keluarga, bukan yang lain. Sebagaimana Nabi Muhammad bersabda, yang diriwayatkan Bukhari Muslim.

Rasulullah mengatakan kepada Aisyah, "Seandainya Aisyah meninggal lebih dulu daripada aku, aku akan memandikannya dengan tanganku sendiri dan mempersiapkan sebaik-baiknya untuk perjalanannya. Kemudian aku akan memakaikan kafan dan menyalatinya secara khusyuk. Setelah itu aku akan mengucapkan doa-doa."

Menutupi aurat jenazah saat akan dimandikan (Dokumen pribadi)
Menutupi aurat jenazah saat akan dimandikan (Dokumen pribadi)

Pertolongan pertama pada jenazah atau P3J atau saat terjadi kematian

Orang yang meninggalnya biasanya diketahui dari pandangan mata terangkat, mata terbelalak, melotot, ngorok panjang. Dibuktikan lagi dengan denyut urat nadinya sudah tidak ada, baik di leher maupun detak jantung. Untuk lebih menyakinkan lagi, datangkanlah dokter atau petugas kesehatan.

Dari Ummu Salamah Radhiyallahu anhu berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam mendatangi Abu Salamah yang telah wafat, kedua mata terbelalak, kemudian beliau memejamkan kedua mata Abu Salamah dan berkata, 'Sesungguhnya bila ruh telah dicabut, maka pandangan matanya mengikutinya."

Pertolongan pertama pada jenazah yaitu pejamkan matanya kalau matanya melotot. Lumrah orang mati matanya melotot. Kalau mulutnya mangap, maka katupkan. Bisa diikat dengan tali dari kain kafan. Luruskan urat-urat jika memungkinkan.

Lepaskan pakaian dan atribut aksesoris di tubuhnya dengan lemah lembut. Sedekapkan tangannya dengan tangan kanan di atas. Tutup tubuhnya dengan kain. Tempatkan mayit di tempat layak. Lalu doakan mayit tersebut. Segerakan pengurusan mayatnya. Lebih cepat lebih baik.

Lalu Rasulullah bersabda, "Siapa saja dari hamba yang tertimpa suatu musibah lalu ia mengucapkan "Inna lillahi wa inna ilaihi rooji'un. Allahumma'jurnii fii mushibatii wa akhlif lii khoiron minhaa (Segala sesuatu adalah milik Allah dan akan kembali pada-Nya. Ya Allah, berilah ganjaran terhadap musibah yang menimpaku dan berilah ganti dengan yang lebih baik)", maka Allah akan memberinya ganjaran dalam musibahnya dan menggantinya dengan yang lebih baik."

"Orang yang hatinya lapang menerima musibah Allah akan memberinya shalawat, rahmah, dan kemudahan. Makanya, ketika isteri atau suami meninggal, ucapkan dulu Alhamdulillah baru ucapkan Innalillahi wainna ilahi raji'un. Ini istirja yang benar. Jadi, jangan kaget ketika ada yang mengucapkan Alhamdulillah ketika mendengar keluarga meninggal. Karena di kita nggak lumrah, ucapin Alhamdulillahnya pelan-pelan saja," ucap ustadz.

Ustadz lalu mengutip satu hadist. Suatu waktu, malaikat pencabut nyawa telah melaksanakan tugasnya. Kemudian malaikat menyampaikan hal tersebut kepada Allah. Lalu Allah bertanya pada malaikat tentang apa yang diucapkan oleh orang tuanya dan orang-orang yang ditinggalkan.

Malaikat menjawab, "Ia memujiMu (Alhamdulillah) dan beristirja (Innalillahi wa inna ilaihi rajiun)". Mengetahui jawaban tersebut, Allah perintahkan malaikat untuk membangunkan rumah di surga (Baitul Hamdi atau rumah pujaan) untuk mereka yang sedang ditimpa musibah kemudian mengucapkan 'Alhamdulillah dan Innalillahi wa inna ilaihi rajiun".

Saat memandikan jenazah (dokumen pribadi)
Saat memandikan jenazah (dokumen pribadi)

Dalam hal memandikan jenazah suami atau istri, diutamakan oleh pasangannya. Memandikan jenazah laki-laki oleh sesama laki-laki, memandikan jenazah perempuan oleh sesama perempuan. Untuk jenazah anak-anak di bawah usia 7 tahun bisa dimandikan oleh laki-laki atau perempuan.

"Namun, setelah proses memandikan dalam kondisi jenazah tertutup, semua keluarga boleh ikut terlibat mengurus jenazah," ucap ustadz yang kerap disapa UJE ini. Bukan Ustadz Jeffy tetapi Ustadz Jenazah.

Dalam memandikan jenazah, Nabi mengajarkan untuk tidak menceritakan keburukan atau aib jenazah. Rasulullah bersabda, "dan barangsiapa yang menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan tutupi aibnya pada hari kiamat." (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Dalam sabdanya yang lain, Rasulullah berkata, "Barangsiapa memandikan mayat (jenazah), lalu merahasiakan cacat tubuhnya, maka Allah memberi ampun baginya empat puluh kali." (HR. Hakim).

Untuk kain kafan (disunnahkan berwarna putih) minimal menutup seluruh badannya. Satu lembar boleh jika memang tidak ada lagi hartanya. Namun, yang sempurna bagi jenazah laki-laki adalah 3 lembar kain (sama semua, tidak ada baju atau sarung) dengan panjang 10 meter dan perempuan 5 lembar kain (dibuatkan baju gamis, penutup kepala, sarung dan 2 lembar kain batik) dengan panjang 12 meter. Ukurannya ditambah 2 jengkal di atas dan 2 jengkal di bawah.

Dalam sabdanya yang lain, Rasulullah berkata, "Barangsiapa yang menyaksikan jenazah hingga ikut menyalatkannya, maka baginya pahala satu qirath. Dan barangsiapa yang menyaksikan jenazah hingga ikut menguburkannya, maka baginya pahala dua qirath." Ditanyakan kepada beliau, "Apa yang dimaksud dengan dua qirath?" Beliau menjawab, "Seperti dua gunung yang besar." (HR. Bukhari)

Disunnah mandi setelah mengurus jenazah bagi yang terlibat dalam pengurusan jenazah. Tujuannya demi kebersihan dan kesehatan. Mandinya sama dengan mandi junub atau mandi wajib.

Setelah materi disampaikan, dilanjutkan dengan praktik. Prosesinya, diawali dengan mengukur jenazah yang akan disesuaikan dengan kain kafan yang akan digunakan. Dilanjutkan dengan menyusun secara sistematis kain kapan yang di luarnya memakai kain batik. Lalu memandikan jenazah secara detail, dan berakhir dengan mengkafani.

Kuliah yang dimulai dari pukul 08.00 itu berakhir menjelang adzan dzuhur. Para peserta begitu antusias mengikuti kuliah yang dibuka oleh Lurah Pondok Jaya, Denny Ferdian. Mereka terlihat bahagia karena mendapatkan ilmu yang sangat bermanfaat bagi dunia dan akhirat. Wallahu'alam bisshawab.

Saat mengkafani (dokumen pribadi)
Saat mengkafani (dokumen pribadi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun