Mohon tunggu...
Feronica Mrm
Feronica Mrm Mohon Tunggu... -

yg masih mncari iLmu d negeri orang..=)

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Malu-malu

16 September 2011   20:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:54 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti biasa ketika tengah malam aku gak bisa tidur, aku pasti memikirkan sesuatu supaya bisa ngantuk. Begitu juga kejadian nya hari ini. Aku teringat sesuatu setahun beberapa bulan yang lalu. Mungkin awal bulan di tahun lalu

Kejadian ini bermula dari Facebook lama ku. Dengan alasan yang kurang jelas, ntah itu ikut- ikutan seperti orang lain yang mengganti nama supaya kelihatan beda atau aku ingin menutupi identitas ku dari sesuatu karena kesalahan ku. Ntahlah..aku pun lupa apa alasan ku.

Aku mengganti nama Facebook ku dari nama yang sudah dgn EYD dari mamak bapak ku menjadi  „eine Maedchen“. Kalau teman- teman ku sekolah atau sekampung pasti bingung kalau aku mengatakan " ...aku malu menuliskan itu...", karena mungkin mereka menganggap itu hanya sebuah nama yang ntah dari mana asal nya dan ntah apa artinya. Menurut mereka mungkin "apa lah arti sebuah nama ''. Tapi  kalau yang memperhatikan adalah Mahasiswa/i  Bahasa Jerman, Mereka pasti tau lah kalau aku melakukan kesalahan bodoh,karena salah di hal sepele.

Yaaa..dugaanku tak meleset sedikit pun. Ada yang memperhatikan kesalahan ku . Padahal aku sudah mencoba untuk mengganti, tapi gak bisa. Harus nunggu seminggu lagi. Rasa ku bercampur lah, rasa aneh tentu nya ( kok biasa nya mudah di ganti, kali ini susah ), rasa malu ( seperti kata ku tadi..ada  yang memperhatikan kesalahanku)

Sebenarnya rasa malu itu gak ku rasakan kalau tak ada sebab nya..hahahaha..besok nya aku melihat di dinding facebook ku ada Tulisan yang di kirim buat menunjukkan kesalahanku. Yang memperhatikan ku ternyata kakak kakak stambuk ku. Aku lupa pasti gimana tulisan itu, tapi aku ingat kalau tulisan itu bilang  :„ Maedchen kan artikelnya das, jadi ein Maedchen lah..hahahah ( mungkin dia menertawakan kebodohanku), tak berapa lama kemudian aku melihat ada gayung bersambut. Dan seorang kakak kelas yang lain mengomentari kiriman itu dengan memperlihatkan kesalahanku supaya di benarkan . Memperlihatkan bukan Membenarkan. Aku gak berpikir apa pun, Cuma malu az karena salahku yang sudah di tahu sejuta umat ( biar agak Lebay dikit..hahah). dan akibat nya aku malas buka Facebook ..hihihi

Besok nya aku buka Facebook, dan aku menemukan sesuatu di inboks ku..woww pikir ku, bukan karena ku temukan harta karun di inboks Facebook ku. Tapi ada seseorang mengirimkan sesuatu dalam bahasa jerman. Dia menerangkan sesuatu padaku tentang kesalahanku membuat „eine Maedchen‘‘. Dia seorang lelaki kewarganegaraan Jerman asli. Kalau di tanya Mahasiswa bahasa Jerman siapa dia, pasti rata- rata mengenal nya di Facebook atau beberapa mungkin sudah bertemu dengan dia di ibukota Negara hitler ini atau di indonesia. Waktu aku baca inboks dari dia, aku Cuma mikir dia baik mau mengoreksi kesalahanku tanpa membuat malu.

Sudah Setahun lewat aku melewati hari hariku di sini. Banyak pelajaran baik ku dapat di sini selain ilmu, pelajaran sikap dan pribadi gak kalah penting dan luar biasa nya ku dapatkan.

Malam ini aku tersadar „…ia ya..kalau d kampung kami , kalau ada orang lain yang salah dikiiit aja..wuaaah jadi peluang itu buat nunjukkan kehebatan dan kepintaran kita. Apalagi salah banyak..baaah…hajab lah..haha “.

Jerman, negara yang terkenal dengan hitler yang kejam tak seburuk bayangan orang bahkan bayanganku dulu. Tak akan mau membuat malu orang lain atas kesalahan nya..mereka memperbaiki bukan menghakimi. Dan mereka menghargai hasil karya orang lain, sejelek apa pun karya nya itu, sekecil apa pun pemberian itu mereka hargai. Dan ternyata itu sudah ditanamkan dari mereka masih kecil. Seorang anak ketika salah tak akan langsung di hakimi ibunya.

Beberapa kali aku melakukan kesalahan di negara yang kadang tak ku mengerti bahasa nya  ini. Tak pernah sekali pun aku menjadi takut untuk mencoba lagi, apalagi menjadi malu karena kesalahan itu. Karena di sini ku dapatkan bagaimana cara nya mencoba membantu orang memperbaiki kesalahan nya dengan cara yang benar tanpa mempermalukan..

Pelajaran yang ku dapat dari teringat akan kesalahan „eine Mädchen“ oleh ku :) :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun