Mohon tunggu...
Teti Taryani
Teti Taryani Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru yang suka menulis. Author novel: Rembulan Merindu, Gerai Kasih, Dalam Bingkai Pusaran Cinta. Kumcer: Amplop buat Ibu, Meramu Cinta, Ilalang di Padang Tandus. Penelitian: Praktik Kerja Industri dalam Pendidikan Sistem Ganda. Kumpulan fikmin Sunda: Batok Bulu Eusi Madu, Kicimpring Bengras.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Heboh Aksi Damkar Tenggelam dalam Histeria

19 Maret 2023   21:11 Diperbarui: 19 Maret 2023   21:20 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aksi Damkar di SMKN 1 Tasikmalaya (Dokpri)

Memahami dan mempraktikkan pembelajaran secara langsung di bawah bimbingan tenaga ahli menjadi tuntunan dalam Kurikulum Merdeka. Peserta didik tidak hanya duduk manis belajar di kelas tetapi langsung mendapat teori dan bimbingan praktik dari tenaga ahli.

Untuk memenuhi kebutuhan peserta didik, SMKN 1 Tasikmalaya memiliki jadwal pembelajaran bekerja sama dengan pihak industri atau lembaga lain. Kerja sama itu dilakukan dalam proses pembelajaran teori dan praktik sesuai karakter dan kompetensi keahlian. Minimal tiga kali dalam satu semester setiap kompetensi keahlian mengundang pihak dunia kerja atau dunia industri untuk melaksanakan pembelajaran tatap muka.

Dengan cara itu, peserta didik mendapat informasi, praktik langsung, bahkan contoh aktivitas nyata di dunia kerja. Peserta didik yang mampu mengeksplor kemampuan sesuai standar perusahaan, biasanya mendapat tiket untuk bekerja langsung di perusahaan tersebut setelah lulus dari SMK.

Bukan hanya mata pelajaran kejuruan, Proyek IPAS bekerja sama dengan mapel P5 menggandeng instansi lain untuk pembelajaran langsung. Guru pengampu Proyek IPAS ini mengundang BPBD dan Petugas Damkar Kota Tasikmalaya untuk menyampaikan pembelajaran terkait Mitigasi Bencana.

Dengan cara yang komunikatif, pihak BPBD menyampaikan hal-hal penting sekaitan dengan mitigasi bencara. Terutama dalam hal teknik penyelamatan diri yang dilakukan secara benar, tenang, waspada, dan sesuai SOP. Disampaikan pula bahwa mitigasi sesuai UU 24 Tahun 2007, adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.

Beberapa poin penting yang disampaikan diantaranya: pengenalan dan pemantauan risiko bencana; perencanaan partisipatif penanggulangan bencana; pengembangan budaya sadar bencana; penerapan upaya fisik, nonfisik, dan pengaturan penanggulangan bencana; dan identifikasi pengenalan sumber bahaya atau ancaman bencana.

Selanjutnya, informasi dan praktik penangann kebakaran disampaikan oleh pihak Damkar. Selain teori, ditunjukkan pula cara penanganan pemadaman api. Beberapa peserta didik dan guru mencoba mempraktikkan pemadaman api dengan memanfaatkan karung basah. 

Perlu dicamkan, ternyata saat menutup kobaran api, kita harus memperhatikan arah angin. Jangan sampai berdiri di sekitar api yang berkobar dengan arah angin menghadap tubuh kita. Jika salah arah, bisa jadi api malah menyambar tubuh kita.

Luar biasa antusiasme peserta didik, juga para guru dalam mengikuti kegiatan ini. Apalagi saat petugas Damkar memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mencoba memegang dan mengarahkan selang penyembur air untuk memadamkan kebakaran. Baru terasa, tenaga air yang keluar dari selang begitu kuat sehingga sulit mengendalikannya. Karena itulah, arah air pun tidak terkendali hingga menyembur ke berbagai arah.

Teriakan kaget, tawa riang, hingga akhirnya peserta didik sengaja berbasah-basah menyambut semprotan air yang menyembur kuat. Beberapa orang sempat mengenakan jas hujan yang dibeli dari SMEA-Mart. Namun, kebanyakan sengaja berbasah-basah menikmati guyuran air yang melimpah. Teriakan dan tawa semakin menguar.

Melihat kondisi peserta didik yang semakin memanas, panitia kegiatan cepat tanggap mengatasi situasi. Maka diputarlah lagu riang dangdut kekinian yang cukup menghipnotis suasana. Maka lapangan upacara pun berubah menjadi ajang riang ria, tempat berjoget bersama di bawah guyuran air dari selang Damkar.

Melihat perkembangan situasi yang terus mengheboh, para guru tidak bisa tinggal diam. Rata-rata mengeluarkan gawai untuk mengabadikan peristiwa itu. Entah disadari atau tidak, para guru turut bergoyang untuk mengimbangi aksi peserta didik.

Penulis yang biasanya berdiri anggun pun akhirnya tidak bisa mengelak. Atas dasar situasi yang memungkinkan, akhirnya tak bisa menahan diri, larut dalam histeria goyang dangdut. Eh!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun