Mohon tunggu...
Teti Taryani
Teti Taryani Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru yang suka menulis. Author novel: Rembulan Merindu, Gerai Kasih, Dalam Bingkai Pusaran Cinta. Kumcer: Amplop buat Ibu, Meramu Cinta, Ilalang di Padang Tandus. Penelitian: Praktik Kerja Industri dalam Pendidikan Sistem Ganda. Kumpulan fikmin Sunda: Batok Bulu Eusi Madu, Kicimpring Bengras.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gunakan Pantun untuk Pemanis Bahasa

5 Februari 2023   13:50 Diperbarui: 5 Februari 2023   13:52 790
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menyampaikan paparan, pidato, pembinaan, atau ceramah di hadapan publik memerlukan teknik yang cerdas. Tanpa pemanis buatan, eh, maksud saya tanpa pemanis bahasa, niscaya pidato yang disampaikan cenderung terasa garing bakal membosankan. Tidak jarang, orang mencari kesempatan untuk beraktivitas secara diam-diam untuk mengusir rasa jenuh saat menyimak paparan yang terlalu datar.

Sebagaimana sebuah perjalanan, pidato atau ceramah bisa diibaratkan seorang sopir yang membawa penumpang ke arah yang dituju. Meski arahnya sudah ditentukan oleh penumpang, namun kenyamanan di perjalanan sangat bergantung pada keterampilan dan seni menyetir yang dimiliki oleh sang sopir.

Sopir yang memperlakukan kendaraan dengan lembut tentu bakal membuat penumpang lekas terlena dalam mimpi. Sopir yang berjiwa petualang biasanya membawa mobil sambil menyampaikan detai-detail tempat yang dilewati disertai kisah yang menyertai tempat itu. Sopir yang acuh tak acuh, cenderung mengendarai mobil dengan gayanya sendiri dan tidak menghiraukan usul saran penumpang. Sopir yang simpatik menyempatkan bertanya kepada penumpang kalau-kalau memerlukan tempat perhentian untuk buang hajat.

Demikian pula dalam berpidato atau menyampaikan ceramah. Kalau berharap perhatian publik dan pesan yang disampaikan tepat sasaran, tentulah harus mau meningkatkan kualitas diri dalam berbicara. Jangan hanya paparan yang disampaikan, namun perlu diselingi dengan sedikit guyon, tanya jawab yang menarik, atau gunakan kemampuan mengolah kata agar terlihat santai namun cerdas.

Salah satu solusi cerdas itu adalah menggunakan pemanis bahasa dalam bentuk pantun, baik pantun kilat maupun pantun biasa. Pemanfaatan pantun ini bisa dilakukan pada awal pidato/ceramah atau bagian penutup.

Sebagai bahan inspirasi, berikut pantun yang bisa digunakan sesuai keperluan.

 

Pantun pembuka empat baris

Buah timun habis dimakan
Kacang polong bijinya kempes
'Sampurasun' saya sampaikan
Tolong dijawab dengan 'rampes!"


Buah tomat ditanam dulu
Sudah matang dimakan enak
Salam hormat Bapak dan Ibu
Izinkan saya pidato sejenak

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun