Berjumpa lagi dengan teman-teman semasa di sekolah pendidikan guru selalu memberi kesan tersendiri. Biasanya kami berkumpul dan bersilaturahmi jika mendapat undangan pernikahan, menjenguk teman yang sakit, menyambut kelahiran cucu, atau acara lainnya. Kesempatan seperti itu, jika tidak memiliki acara lain yang sudah lebih dulu dirancang, mesti kuutamakan agar bisa menghadirinya.
Seperti kemarin, seorang teman seangkatan hendak menikahkan putra bungsunya kemudian mengundang kami untuk datang seminggu sebelum peristiwa bersejarah itu berlangsung. Undangan itu khusus ditujukan hanya untuk kawan seangkatan. Maka berdatanganlah teman-teman yang bisa datang pada hari Sabtu, 7 Januari 2023 itu.
Yang datang tidak hanya teman yang tinggal di dalam kota, yang berasal dari luar kota pun beberapa menyempatkan datang. Yang berdomisili di dalam kota dengan mudah bisa datang sesuai waktu yang diminta. Yang berasal dari luar kota datang sesuai kesempatan yang bisa dilakukan. Alhamdulillah, sekira 30 orang alumni SPG bisa menghadiri undangan dari Teh Hj. Lilis Nurahmatin.
Kami yang datang rata-rata berusia menjelang pensiun. Pada umumnya sisa masa tugas kami hanya dalam hitungan satu atau dua tahun lagi. Beberapa yang bertugas di bagian tenaga struktural sudah menjalani masa pensiun. Ada pula satu dua orang selaku guru sudah menjalani masa pensiun. Bahkan sebagian dari teman kami telah kembali menghadap Yang Mahakuasa.
Pada umumnya teman-teman di usia hampir 60-an ini masih sehat dan bugar. Malah ada yang masih berkarya selaku dosen di peguruan tinggi swasta. Tetapi ada pula yang mulai terkendala oleh munculnya tekanan darah tinggi, lambung, diabetes, asam urat, hingga gangguan jantung. Ada yang tubuhnya makin subur, ada pula yang justru semakin kurus kehilangan bobot hingga 24 kg karena gangguan penyakit gula.
Pertemuan itu mengundang tafakur dan muncul kesadaran diri bahwa menjaga kondisi tubuh itu mutlak harus dilakukan. Selagi muda, sungguh penting jika kita hindari memuja empat hal berikut: muja rasa, muja lena, muja enggan, serta muja rusuh.
Muja rasa adalah mementingkan makanan yang disuka. Apa pun dimakan yang penting enak di mulut. Tidak dipikir dampaknya bagi tubuh. Belum tiba di masa tua, jika muja rasa selagi muda, maka akan segera muncul pembatasan-pembatasan makanan yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi. Uang punya, tapi tidak bisa menikmati makan yang enak-enak lagi. Bukankah tersiksa jadinya?
Muja lena adalah sikap yang sering lalai terhadap diri sendiri dan kewajiban kepada Sang Maha Pemberi Hidup. Selagi muda jadi budak pekerjaan, memforsir tubuh dan pikiran untuk bekerja hingga lupa waktu dan abai kesehatan. Kebiasaan ini akan membawa lalai pula pada kewajiban kepada Sang Pencipta. Karena jadwal kerja yang padat, maka ibadah dilakukan sekenanya, salat terburu-buru, lupa sedekah, tidak peduli masyarakat dan lingkungan sekitar, hingga tidak tahu kondisi tetangga yang memerlukan bantuan. Jika seperti ini, akan terasa lemahnya diri di masa tua. Tubuh lemah, iman lemah, hingga hubungan sosial dengan masyarakat pun jadi lemah. Kesepian bakal membelenggu diri.