Pernah pula memiliki murid yang saya sebut Melati. Simbol bunga ini saya buat karena seharum perilakunya. Siswa ini memiliki kemampuan kognitif yang biasa-biasa saja, namun di kelas dia menjadi tempat curhat teman-temannya.
Kemampuannya dalam mendengar dan memberi pandangan bijak membuat anak ini dinobatkan jadi siswa terfavorit. Bahkan beberapa guru memercayakan banyak hal kepadanya terutama dalam mengondisikan kelas dan memimpin kegiatan kelas. Sikapnya sangat santun, suka menolong, dan ekspresi wajanya membuat warga kelas merasa nyaman.
Ternyata, siswa di kelasnya lebih memilih Melati daripada Kenanga. Semua merasa nyaman berada di dekat Melati. Sedangkan di dekat Kenanga, teman-temannya merasa terancam dan tidak berharga karena semua pendapat selalu didebatnya. Di kelas ini para siswa tidak lagi memedulikan masalah peringkat. Mereka lebih memilih teman hebat dan menjauhi lawan debat.
Dalam satu pembelajaran, saat siswa diminta menulis artikel tentang kriteria sukses, saya benar-benar tercengang akan wawasan yang mereka kemukakan. Jika disimpulkan dari berbagai pendapat dan analisis anggota kelas, siswa sukses itu menurut mereka, hendaknya memiliki empat hal.
- Selalu berubah ke arah pribadi yang lebih baik.
- Memiliki wawasan luas dan menghargai pendapat orang lain.
- Percaya diri sambil tetap menjaga hubungan baik dengan sekitarnya.
- Mendorong orang lain agar sukses.
Nah, ternyata mereka tidak memasukkan unsur peringkat sebagai takaran kesuksesan.
Jika demikian, apakah Bapak/Ibu masih menganggap 'peringkat' sebagai kriteria kesuksesan? Sepertinya hal ini harus disikapi dengan bijak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H