Mohon tunggu...
Teti Taryani
Teti Taryani Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru yang suka menulis. Author novel: Rembulan Merindu, Gerai Kasih, Dalam Bingkai Pusaran Cinta. Kumcer: Amplop buat Ibu, Meramu Cinta, Ilalang di Padang Tandus. Penelitian: Praktik Kerja Industri dalam Pendidikan Sistem Ganda. Kumpulan fikmin Sunda: Batok Bulu Eusi Madu, Kicimpring Bengras.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Terima Kasih, Adiq!

26 Oktober 2022   20:16 Diperbarui: 26 Oktober 2022   20:25 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Entah mengapa, sejak pencapaian dua tahun menulis tiada henti dalam sebuah komunitas menulis, tetiba saya berhenti menulis. Kesulitan mencari kesempatan menulis terjadi begitu saja. Saat itu muncul dalam pikiran, tidak apalah absen menulis sehari. Toh, sudah pernah menulis setiap hari tanpa henti alias nonstop selama dua tahun lamanya. Dari sehari berhenti, tambah lagi sehari, lanjut prei menulis hari berikutnya, hingga tidak terasa hampir satu semester tak menulis secara rutin.

Sebenarnya bukan karena kehilangan daya untuk menulis, melainkan sulitnya mengatur waktu hingga tak sempat menulis secara rutin. Beberapa draf tulisan sempat dicatat dan disimpan sebagai bahan tulisan nanti. Beberapa rancangan tulisan hingga kini masih ngagunduk. Perubahan kurikulum, mengganti administrasi dan kelengkapannya, serta tugas tambahan lain membuat waktu serasa tak bersahabat untuk diajak menulis.

Ajakan menulis pada teman, pada saudara, pada peserta didik tak henti dilakukan. Motivasi tentang menulis sebagai sumber kebahagiaan terus dikumandangkan. Sesekali, sebagai penawar rindu, saya ikut menulis cerita anak, menulis cerita rakyat, serta menambah koleksi kumpulan antologi cerpen berbahasa Indonesia dan Sunda. Namun, keinginan untuk menulis setiap hari secara rutin tetap belum bisa dilakukan.

Hingga suatu hari adik saya, Neni Hendriati, bercerita, kalau dia berhasil menulis di Kompasiana.com. Wah, keren juga adik saya ini. Selain di kompasiana dia juga menulis di beberapa komunitas. Bahkan sudah menerbitkan buku tunggal. Keren!

Maka saya pun mencoba membuat akun kembali. Dulu pernah membuat akun di kompasiana tapi dihapus karena bertahun-tahun tak pernah berisi tulisan apa pun. Selama tahun-tahun itu saya mengikuti tantangan setahun menulis tanpa henti di komunitas lain. Syukurlah, akun berhasil dibuat dan tulisan pun kembali mengalir, meski agak tertatih-tatih.

Hatur tengkiyu, Adiq. Engkau menunjukkan arah jalan literasi yang nyaman untuk kulewati.

Terima kasih Kompasiana.com yang bersedia menampung kami, para kelana literasi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun