Mohon tunggu...
Teti Setiawati
Teti Setiawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Pamulang

Mahasiswa Universitas Pamulang

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pembelajaran Daring Membuat Peserta Didik Menjadi Bodoh dan Malas Belajar

24 Mei 2021   00:37 Diperbarui: 24 Mei 2021   00:54 4032
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dampak Negatif Pembelajaran Daring 

Pembelajaran Daring Membuat Peserta Didik Menjadi Bodoh Dan Malas Belajar.

Di Indonesia sejak tahun 2020 pembelajaran di sekolah di liburkan karena mengikuti arahan pemerintah untuk melaksanakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang bertujuan untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona atau biasa disebut covid-19. Maka dari itu sejak tahun lalu pemerintah mengganti pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran daring atau online seperti melalui platform pembelajaran seperti Google Classroom, E-learning, Google Meet, Zoom dan lain sebagainya.

Pembelajaran daring mungkin cukup efektif untuk mengurangi penyebaran covid-19, karena melalui pembelajaran online seperti ini peserta didik tidak harus belajar bertatap muka secara langsung dan tidak melakukan kontak fisik yang memungkinkan virus covid-19 bisa menular melalui interaksi antara peserta didik dengan peserta didik, peserta didik dengan guru, maupun guru dengan guru. Namun dibalik itu semua pembelajaran daring membuat peserta didik menjadi bodoh. Mengapa demikian? Pembelajaran daring yang dilakukan secara jarak jauh antara guru dan siswa, mengakibatkan guru tidak bisa mengawasi perkembangan peserta didik sejauh mana mereka memahami materi pembelajaran. Selain itu fakta di lapangan, kebanyakan orang tua yang seharusnya menemani dan mendampingi anak belajar mereka malah sibuk bekerja karena harus memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Bahkan kebanyakan kasus di lapangan kedua orang tua bekerja dari pagi sampai larut malam yang akhirnya anak dibiarkan belajar secara mandiri.

Sebagian kalangan, bagi anak yang memang bisa belajar secara sendiri tanpa bantuan orang tua mungkin tidak menyebabkan dampak negatif yang begitu signifikan. Namun beberapa kalangan, khususnya anak sekolah dasar mereka sebenernya sangat butuh bimbingan guru atau orang tua dalam belajar, mereka belum bisa di lepas untuk belajar secara sendiri. Mencari dan mendalami materi pelajaran secara sendiri, serta mencari jawaban atas soal-soal yang diberikan. Dalam hal ini guru juga tidak mampu berbuat banyak, dikarekan jarak yang jauh antara tempat tinggal guru dan siswa serta tidak semua siswa bisa mendapat bimbingan khusus dari guru yang mau datang ke rumah. Akhirnya siswa cenderung belajar secara asal-asalan, mengisi soal dengan jawaban yang di tebak atau hanya perkiraan saja. Karena mereka lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain dibanding belajar.

Tidak jauh berbeda hal nya dengan siswa yang duduk di bangku SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi. Mereka lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain, atau bekerja bagi sebagian siswa yang menduduki sekolah Perguruan tinggi. Mereka hanya ingin belajar secara instan, dengan mencari jawaban lewat mbah google. Mereka jarang menyisihkan waktu khusus untuk belajar, maupun membaca buku yang akhirnya wawasan mereka sempit. Pemikiran mereka tidak terbuka, siswa tidak bisa berfikir secara kritis. Jika hal ini terus berlanjut maka pendidikan di Indonesia akan mengalami kemerosotan. Karena belajar mereka hanya mengandalkan google dan tidak mau mengasah pengetahuan mereka sendiri untuk mengisi jawaban. Nilai-nilai mereka memang besar, karena jawaban yang mereka kirimkan hampir 90% benar, karena jawaban mereka dapatkan dari google. Namun fakta nya wawasan mereka nol, pembelajaran daring membuat siswa bodoh dan malas belajar.

Seharusnya ini menjadi perhatian besar pemerintah, agar cepat menindaklanjuti kejadian ini. Jangan hanya karena alasan mencegah penyebaran virus covid-19 dunia pendidikan menjadi korban. Siswa menjadi bodoh karena malas belajar, apa yang akan terjadi beberapa tahun kedepan jika para generasi muda di Indonesia bodoh akan pengetahuan. Sebaiknya pemerintah harus segera mengizinkan pembelajaran secara tatap muka, dengan tetap melakukan protokol kesehatan apalagi sekarang Indonesia sudah memasuki era new normal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun