Mohon tunggu...
Teti Lisa Indriani
Teti Lisa Indriani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Financial

Masih Banyak Jalan dalam Optimalisasi #UangKita Selain Frugal Living

25 Desember 2024   23:08 Diperbarui: 25 Desember 2024   23:08 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

oleh Teti Lisa Indriani

Di tengah gempuran perubahan ekonomi yang 'dar der dor' ini, generasi muda Indonesia mulai ramai mengajak masyarakat melalui media sosial yang mereka miliki untuk melakukan frugal living di negara +62. Ketidakpastian ekonomi dan ketimpangan sosial menjadi isu perhatian yang serius di kalangan muda-mudi mengingat tanggung jawab mereka terhadap pembangunan negara yang cukup besar. Pasalnya, Indonesia juga memiliki tujuan mewujudkan ekonomi berkelanjutan dalam mengoptimalkan #UangKita untuk masa depan negara. Lalu, mengapa generasi muda Indonesia berbondong-bondong meramaikan frugal living sebagai lifestyle di Indonesia? Apakah tidak ada solusi lain untuk menghadapi tantangan ekonomi dalam mewujudkan tujuan negara?

Sebelumnya, perlu kita ketahui mengenai definisi frugal living. Menurut Inayati (2024), frugal living merupakan gaya hidup hemat dengan melakukan pembatasan pengeluaran dan mengalokasikan sebagian untuk ditabung dengan tetap memperhatikan kebutuhan dan tujuan keuangan jangka pendek maupun panjang. Sejak pascapandemi, masyarakat mulai sadar bahwa pondasi keuangan yang kuat harus dimiliki dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi. Generasi muda mendorong lifestyle ini diterapkan di Indonesia karena bertambahnya jumlah penduduk seiring berjalannya waktu disertai dengan keterbatasan sumber daya. Di samping itu, deretan orang terkaya di dunia yang merupakan investor terkenal juga menyarankan frugal living lifestyle agar standar kualitas hidup dapat dinikmati masing-masing individu tanpa harus merasakan Fear of Missing Out (FOMO) terhadap trend yang ada. Beberapa langkah yang dapat dilakukan berdasarkan saran dari Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Indonesia yaitu dengan memperhatikan tujuan finansial yang jelas dan masuk akal sesuai income, melakukan analisis terhadap kebutuhan dan keinginan sebelum belanja, menghindari utang konsumtif, tidak terpengaruh dengan trend, dan menyadari bahwa hidup bukan untuk saat ini saja. 

Frugal living yang marak terjadi diharapkan dapat mewujudkan ekonomi yang berkelanjutan di Indonesia. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009, pembangunan berkelanjutan adalah suatu upaya yang dilakukan setiap individu secara sadar dan terencana dengan mengintegrasikan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi dalam strategi pembangunan. Tujuannya adalah untuk menjamin kelestarian lingkungan hidup serta menjamin keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan kualitas hidup yang baik bagi generasi saat ini maupun generasi mendatang. Ekonomi berkelanjutan muncul sebagai solusi yang tidak hanya menjamin kesejahteraan saat ini, namun juga melindungi sumber daya untuk generasi mendatang. Untuk mendukung hal tersebut, partisipasi aktif dari generasi muda yang memiliki potensi besar sangat diperlukan sebagai agent of change.

Tantangan utama dari generasi muda dalam mewujudkan ekonomi berkelanjutan sebagai salah satu tujuan negara adalah kurangnya kesadaran masyarakat akan pengelolaan keuangan akibat rendahnya tingkat literasi keuangan. Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tingkat literasi keuangan di Indonesia hanya mencapai 49,68% pada tahun 2023. Hal ini menunjukkan bahwa banyak generasi muda yang belum memahami pentingnya pengelolaan keuangan yang baik, investasi, dan perencanaan keuangan. Tanpa pemahaman yang memadai, mereka akan kesulitan untuk mengambil keputusan yang bijak dalam mengelola sumber daya keuangan meskipun mereka menerapkan frugal living lifestyle. Oleh karena itu, penting untuk meningkatkan literasi keuangan di kalangan generasi muda agar mereka dapat berkontribusi secara efektif dalam mewujudkan perekonomian berkelanjutan.

Generasi muda merupakan pemimpin masa depan yang akan menentukan arah pembangunan ekonomi Indonesia. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, generasi muda harus memiliki semangat untuk melakukan inovasi dengan kreativitas yang tinggi agar dapat menciptakan solusi yang mendukung sustainability. Contohnya mereka dapat melakukan kolaborasi dengan pihak-pihak yang ahli di bidang tersebut dalam menciptakan suatu aplikasi sederhana yang dapat digunakan oleh seluruh lapisan masyarakat. 

Sebagai agent of change, generasi muda dapat menjadi penggerak perubahan di lingkungan mereka. Pendekatan inisiatif lokal dengan mengedukasi masyarakat sekitar tentang pentingnya pengelolaan keuangan dan investasi dalam mewujudkan ekonomi yang berkelanjutan. Berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK), tahun 2023 indeks literasi keuangan untuk kelompok pelajar yang masih remaja tercatat sebesar 56,42 persen. Sementara itu, pada tingkat usia 18 hingga 25 tahun menunjukkan tingkat literasi keuangan yang lebih tinggi dibandingkan remaja, yaitu mencapai 70,19 persen. Hal ini menunjukkan bahwa generasi muda usia tersebut yang cenderung memiliki kestabilan finansial lebih paham mengenai pengelolaan keuangan, meskipun tidak dapat dipastikan bahwa mereka sudah mengetahui cara investasi yang aman.

Generasi muda sebagai katalisator transformasi keuangan tidak hanya menghadirkan inovasi baru tetapi juga meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya pengelolaan keuangan yang cerdas. Melalui kontribusi mereka dalam menciptakan produk keuangan yang inklusif, memperluas aksesibilitas, dan meningkatkan kesadaran finansial, generasi ini dapat membantu mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi sektor keuangan masa berjalan. Kemampuan untuk beradaptasi terhadap perubahan generasi muda memiliki potensi besar untuk membawa sektor keuangan menuju era yang lebih transparan, efisien, dan inklusif.

Berdasarkan informasi dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR), beberapa strategi literasi keuangan sudah diterapkan pada generasi muda Indonesia. Tantangan besar yang berpengaruh terhadap perekonomian negara akibat impulsivitas generasi muda menjadi urgensi dalam meningkatkan literasi keuangan. Upaya mengatasi masalah telah dilakukan dengan memberikan pemahaman tentang pengelolaan keuangan. Pemilihan investasi yang terjamin dan sesuai hukum, contohnya dengan memanfaatkan SBN Ritel serta berbagai produk investasi resmi lainnya, dan penyebaran pengetahuan keuangan melalui metode pembelajaran sesama, misalnya dengan mengoptimalkan program Student & Campuss Ambassador, merupakan langkah strategi yang dilakukan di lingkungan generasi muda Indonesia. 

Akan tetapi, strategi yang diterapkan di Indonesia tidaklah efektif mengingat masih banyak masyarakat yang belum bisa terjangkau. Jika pemahaman pengelolaan keuangan dilakukan hanya di sekitar generasi muda yang notabene menjalankan pendidikan, maka sebagian dari mereka yang tidak mengenyam pendidikan, tidak pernah merasakan bangku sekolah, kurang memiliki akses terhadap teknologi canggih tidak merasakan dampak dari penerapan strategi literasi yang sudah diterapkan selama ini. Generasi muda Indonesia seperti itulah yang seharusnya menjadi perhatian utama dalam optimalisasi #UangKita untuk masa depan negara yang lebih baik. Sudah seharusnya pemerintah berbondong-bondong dengan generasi muda untuk terjun langsung memperbaiki strategi terhadap peningkatan literasi keuangan khususnya terhadap lapisan pertama masyarakat.

Investasi dan perencanaan keuangan merupakan dua elemen kunci dalam mencapai ekonomi berkelanjutan. Generasi muda Indonesia perlu menyadari bahwa investasi tidak hanya berfokus pada keuntungan finansial, tetapi juga pada dampak positif bagi masyarakat. Dengan berinvestasi dalam proyek-proyek berkelanjutan, generasi muda dapat berkontribusi pada pembangunan ekonomi yang lebih baik. Untuk mendukung hal ini, edukasi literasi keuangan harus ditingkatkan melalui integrasi materi pengelolaan keuangan. Sekolah dan perguruan tinggi dapat menyelenggarakan program pelatihan yang membekali siswa dengan keterampilan yang diperlukan. Kemudian mereka bekerja sama dengan pemerintah untuk menjangkau masyarakat yang masih sangat kurang memahami pengelolaan uang yang baik dan tidak mengenal investasi. Dengan pemahaman yang baik tentang literasi keuangan, generasi muda akan lebih siap untuk membuat keputusan investasi yang cerdas dan berkelanjutan. Selain itu, kolaborasi dengan lembaga keuangan untuk menawarkan produk investasi yang mendukung keberlanjutan akan semakin memperkuat ekosistem investasi. Dengan langkah-langkah ini, generasi muda dapat berperan aktif dalam menciptakan masa depan yang lebih baik dan berkelanjutan bagi Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun