Sudah sangat sering kita mendengar kasus tewasnya mahasiswa saat mengikuti kegiatan pendidikan dan latihan dasar (diksar) yang diadakan oleh organisasi di kampusnya. Belum lama ini dikabarkan bahwa Muhammad Iqbal Assidiqi (20) yang merupakan mahasiswa dari Sekolah Tinggi Ekonomi Islam (STEI) Tazkia, Sentul, Bogor, Jawa Barat, ditemukan meninggal saat mengikuti kegiatan pendidikan dasar alam bebas atau mahasiswa pecinta alam (mapala). Kali ini adalah mahasiswa dari Politeknik Negeri Sriwijaya, Haris Fuady (19) yang meregang nyawa saat menjalani diksar tahap I Himpunan Mahasiswa Pencinta Alam (Himpala) Bahtera Buana.
      Kejadian itu bermula pada saat tengah mengikuti diksar di kawasan Mekarsari Gandus, tiba-tiba korban mengalami kejang-kejang. Melihat keadaanya seperti itu teman-temannya pun panik dan mengira bahwa Haris mengalami kerasukan. Tak ada satupun dari mereka yang dapat mengatasi keadaan Haris, akhirnya mereka memutuskan untuk membawa ke perkampungan yang jaraknya cukup jauh dari posisi kegiatan mereka, yang tentunya memerlukan waktu yang cukup lama untuk sampai ke tujuan.
      Sesampainya mereka di perkampungan warga, mereka berusaha mencari dan meminta pertolongan kepada tokoh agama di daerah tersebut karena memang mereka berpikiran bahwa Haris kerasukan. Namun, sayangnya tokoh tersebut sedang tidak berada di rumah. Tak lama kemudian Haris tewas sebelum mendapatkan pertolongan. Akhirnya sang pemilik rumah melaporkan tewasnya Haris ke polisi dan jasad Haris pun langsung dibawa ke rumah sakit terdekat untuk keperluan autopsi.
      Belum ada keterangan jelas mengenai penyebab pasti tewasnya Haris. Dugaan sementara yang didapatkan dari Kabag Ops Polresta Palembang Kompol Maruly Pardede yaitu karena korban terlalu lelah mengalami kerasukan, tetapi ada asumsi lain yang menyebutkan bahwa Haris menderita epilepsi yang memang apabila tidak mendapatkan pertolongan dapat menyebabkan kematian. Menurut Pardede, kasus ini akan diusut tuntas dengan mendatangkan beberapa saksi yang utamanya adalah panitia yang menjadi penanggung jawab dalam kegiatan tersebut.
      Kasus ini tentunya menjadi peringatan besar untuk para mahasiswa aktivis organisasi terutama mapala yang memang begitu akrab dengan kegiata-kegiatan alam. Memang bukanlah hal yang salah melakukan kegiatan lapangan yang memang bertujan untuk memperkenalkan keadaan alam kepada peserta barunya, tetapi keselamatan merupakan hal harus diutamakan. Pengetahuan dasar tentang penanganan untuk hal-hal yang tidak diinginkan begitu penting untuk dipersiapkan sebelum terlaksananya kegiatan.
Penulis: Syarifaturukiyah
Editor: Ihsan Hadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H